Life Experience, My Life

FUN MATH DAN LOGIC GAMES UNTUK BALITA

Setelah menjalani 1,5 tahun belajar di rumah bersama ank-anak, kerjaan saya tiap hari jadinya main terus, jadi kayak bocah lagi, hihi. Topik yang diriset di internet adalah mainan anak-anak, ide main anak-anak, dan how to nya. Karena beelajar sambil bermain itu menyenangkan, saya harus banyak persediaan ide untuk main dengan anak-anak. Mulai dari ide bermain dengan tema seni atau kerajinan, tema literasi, tema logika matematika, tema kemandirian, tema keislaman, tema sensori-motorik, dll. Kali ini saya ingin berbagi tentang aktifitas bermain saya membuat logika dan matematika menjadi menyenangkan  (lho kok jadi saya? Iya karena saya juga menikmati sekali momen bermain ini dengan anak-anak dan kemudian membayangkan seandainya dulu saya belajar seperti ini mungkin saya akan cinta dengan matematika, hihihi…).

Logika dan matematika itu kedengarannya emang horror banget ya ibu-ibu buat yang sezaman dengan saya dan kurang senang dengan matematika ya. Apalagi kalo tuh balita dijejelin sama matematika, bisa eneg kali. Tapi, ternyata eh ternyata begitu diajakin mainan itu balita dan saya sendiri kok jadi kesenengan yah? Banyak jalan menuju Roma, begitu juga jalan untuk belajar. Nah, dengan permainan ini, anak-anak sangat menikmati indahnya matematika (mudah-mudahan Bundanya gak kehabisan ide dan contekan dari internet). Selama 1,5 tahun ini saya sebagai Bunda yang masih terus belajar menyampaikan 5 topik pembelajaran matematika dan logika pada anak-anak dengan cara semenyenangkan mungkin bagi mereka sebagai berikut.

1.       Fun Counting

a.       Menghitung Pom-Pom

Si Adik yang lagi seneng-senengnya main pom-pom ini saat saya ajak untuk memasukkan pom-pom ke ice tray yang tujuan awalnya hanya untuk melatih motoric halusnya memegang benda dengan ukuran kecil malah tertarik untuk menghitungnya saat memasukkan benda tersebut. Memanfaatkan ketertarikannya yang mungkin berdasarkan pengalamannya melihat Masnya seringkali menghitung sesuatu jika jumlahnya banyak, si adikpun menirunya dan saya ladeni saja akhirnya saat dia mulai berhitung walaupun masih 1-5 dengan artikulasi yang belum begitu jelas.

image

b.      Lari Sedotan

Ini merupakan permainan yang tidak saya siapkan untuk anak-anak awalnya. Tapi karena si anak-anak lagi tertarik untuk mengeksplorasi sedotan dengan mengeluarkan semuanya dari lemari tempat penyimpanan, apa boleh buat saya biarkan saja mereka lanjutkan sampai selesai. Setelah itu, saya ajak mereka untuk lomba mengambil sedotan dan memasukkannya ke dalam ember (ini taktik untuk ngajakin beberes sebenarnya, hehe). And it works well, yeay… Saya terbantu dengan anak-anak yang bantuin beresin plus mereka menyalurkan energinya dengan lari dan sambil belajar menghitung sedotan.

image

c.       Menghitung Titik-Titik Dadu

Salah satu mainan yang disukai anak-anak adalah dadu. Tetapi dadu yang ukurannya kecil terkadang mudah terselip setelah bermain. Maka, Bunda buatkan Mas Rasya dan adik dadu raksasa. Selain untuk memudahkan visualisasinya juga sesuatu yang ukuannya di luar kebiasaan cenderung menarik bagi anak. Membuat dadu bersama dan memainkannya pun berssama. Mas Rasya melemparkan dadu sambil menebak jumlah titik di dadu tersebut.

image

image

d.      Menghitung Kelereng

Kelereng merupakan salah satu mainan favorit anak-anak di rumah. Begitu pula dengan Mas Rasya dan adik. Pasti ada acara berebutan saat bermain kelereng. Kali ini, Bunda coba membuatkan lintasan kelereng dari kardus kecil yang diberi stik es krim. Dan kemudian Mas Rasya dan adiknya lomba menjalankan kelereng di lintasan. Yang paling banyak adalah yang juara pertama. Setelah lomba usai Mas Rasya dengan semangat menghitung jumlah kelereng yang berhasil lewat di lintasan dan kelereng yang tidak berhasil lewat.

e.      Mengenal Konsep Sepasang

Ini adalah sesi main di dapur bersama anak-anak. Karena Bunda lagi buat donat yang pas goring mesti pake sumpit biar bolong tengahnya, jadilah krucilnya pada kepo sama sumpit juga. Baiklah, lagi-lagi memanfaatkan golden moment ini, Bunda sekaligus mengenalkan konsep sepaasang pada si Mas. Bahwa ada benda yang memang harus ada pasangannya agar lengkap dan bias digunakan contohnya sumpit. Mengenalkan bahwa konsep sepasang itu adalah sesuatu yang jumlahnya ada dua dan bendanya identic serta bias berfungsi jika digunakan bersama. Sambil menghitung jumah sumpit, si Mas sambil mengkonversinya ke satuan pasang.

f.        Menghitung Kerupuk dengan Role Play Berjualan Kerupuk

Yang ini edisi makan kerupuk ga berhenti-berhenti. Akhirnya, Bunda coba alihkan aktifitasnya jadi role play. Si Mas jadi penjual kerupuk dan si adik menjadi pembelinya. Sambil menghitung jumlah kerupuk sambil menyebutkan harga dari kerupuk yang dikira-kira oleh si Mas.

2.       Mengenal Simbol Angka

a.       Elevator Tiruan

Saya belum meriset tentang urutan kurikulum anak sebaiknya seperti apa. Tapi, yang saya lakukan terhadap anak-anak selama ini adalah mengambil golden moment mereka. Di setiap mereka bertanya atau ingin tahu lebih mengenai suatu hal, hal tersebutlah yang saya menfaatkan untuk media belajarnya. Seperti mengenal symbol angka, putra sulung saya, Mas Rasya, mulai tertarik saat kami tinggal di sebuah apartemen di Jepang. Saat itu, karena kami tinggal di gedung apartemen berlantai 9 dan kami berada di lantai 8, maka setiap hari pasti menggunakan elevator. Dan di elevator ini, sudah pasti tersedia angka-anagka. Si Mas ini selalu ingin memencet tombol elevator saat berada di dalam atau di luar elevator.Setiap naik elevator, dia selalu nanya, “Kita mau ke lantai berapa Bun/Ayah?” Kami memberitahukan tujuan lantai kami sambil mencontohnkan menekan tombol angka yang ada di elevator. Kami bersyukur karena tombol angka yang ada di elevator ini tersusun horizontal dan letaknya tidak terlalu tinggi, sehingga memudahkan si Mas Rasya menekan tombolnya. Awalnya, ia hanya hafal symbol angka 1, 8, dan B1 (karena untuk keluar gedung kami harus ke lobi lantai 1, ke tempat tinggal kami di lantai 8, dan tempat membuang sampah di B1) kemudian karena beberapa kali juga harus berkunjung untuk ke tempat tetangga yang berada di lantai lain, iapun mengenal symbol-simbol angka lainnya. Memanfaatkan kegemarannya menekan tombol elevator inilah, akhirnya saya bersama anak-anak membuat elevator tiruannya dari kardus bekas. Kardus bekas ini kami temple dengan kertas origami dan dituliskan symbol angka dan symbol lain yang ada di elevator. Si Mas kegirangan bukan main, karena punya elevator pribadi di dalam rumah. Dia bias pretend play bermain elevator kapan saja di mau. Dan akhirnya, dia makin hafal dengan symbol-simbol angka yang ada di elevator. Baahkan jika menaiki elevator lain yang lebih tinggi (angkanya tidak ada di elevator pribadinya, ia jadi penasaran dan minta dibuatkan di rumah).

image

image

b.      Permainan Lempar Dadu dan Amplop Angka

Selain dengan media belajar elevator tiruan, Mar Rasya jugamengenal symbol angka dengan permainan lempar dadu. Permainan ini saya siapkan saat Bulan Ramadhan 1436 H lalu. Saya membuat amplop yang bertuliskan angka di depannya. Jadi, saat melemparkan dadu, Mas Rasya boleh memilih aktifitas yang ada di dalam amplop tersebut. Isi amplop tersebut adalah berbagai aktifitas yang saya ambil dari E-Book Anti Mati Gaya yang beredar luas di dunia maya. Kali ini, Mas Rasya mulai mengasosiasikan konsep berhitung dengan konsep symbol angka.

3.       Mengenal Bentuk Geometri

a.       Shape Matching Games

Ini merupakan permainan sederhana karena Bunda sudah menyusun di depan meja makan potongan kertas origami dengan berbagai bentuk  antara lain bentuk segitga, persegi, persegi panjang, dan lingkaran. Tugas mas Rasya adalah menyusun potongan-potongan kertas origami tersebut sesuai dengan urutan yang dicontohkan Bunda.

image

b.      Membuat Bangun Ruang Dengan Sedotan dan Playdoh

Mengenalkan bentuk geometri dengan menyenangkan juga bias dilakukan dengan media sedotan plus playdough. Caranya gampang sekali, karena hanya perlu menjadikan playdough sebagai perekat dan sedotan adalah rusuk dari bangun ruang yang ingin dibuat. Anak juga dengan mudah melakukannya bersama kita.

image

4.       Fun Addition

a.       Penjumlahan dengan Gelas Plastik, Pipa Kertas, dan Kelereng

Pengenalan konsep penjumaahan aanak-anak saat ini bias dengan analogi yang lebih mudah dipahami anak. Misalnya dengan membuat lintasan kelerang dengan menyediakan 2 buah gelas. Gelas pertama merupakan lintasan untuk menghitung kelereng pertama dan gelas kedua untuk menghitung sekumpulan kelereng kedua. Keduanya akan melewati lubang yang sama (saya memmbuat dari HVS yang digulung dan ditempel) dan jatuh ke wadah yang sama. Wadah ini menunjukkan hasil penjumlahan tersebut.

image

b.      Penjumlahan dengan Sedotan

Konsep penjumlahan dan menhitung merupakan konsep yang biasa dilakukan di kehidupan sehari-hari. Jadi untuk mencontohkannya banyak objek benda sekitar yang bias dijadikan contoh. Salah satunya adalah sedotan. Dengan menggunakan sstrerofoam board saya mengilustrasikan konsep penjumlahan sedotan. Saat mengajak anak bermain, bias sambil bercerita, misalnya Bunda ingin membuat jus buah sebanyak 5 gelas, maka Bunda butuh sedotan 5 buah.Ayah juga ingin membuat jus buah sebanyak 2 gelas, maka Ayah membutuhkan sedotan 2 buah. Sambil menyusun sedotan atau pipe cleaner di atas strerofoam board. Dan meminta tolong anak untuk membantu menghitung jumlah sedotan yang dibutuhkan oleh ayah dan bundanya.

image

c.       Penjumlahan dengan Sempoa dari Karet Gelang

Media penjumlahan lain yang dapat digunakan adalah dadu dan sempoa. Nah, kali ini saya menggunakan karet gelang dan pipe cleaner sebagai sempoanya. Dadu menjadi objek benda yang dihitung (titik-titiknya) dan pipe cleaner yang berisi susunan karet gelang menjadi sempoa serta menunjukkan hassil penjumlahannya.

image

5.       Fun Substraction

Untuk konsep pengurangan, saya pernah mengajak anak bermain bowling di dalam rumah. Dengan menggunakan gelas plastic yang disusun. Dengan melemparkan bola kea rah gelas plastic, maaka berapa bola yang jatuh (berkurang) dan berapakah yang tersisa, bias menjadi awalan anak bermain dan mengenal konsep pengurangan.

image

Matematika, berhitung, dan logika matematika itu ternyata bisa dipelajari dari hal-hal sederhana di sekitar kita. Karena saya yakin ilmu ini juga pasti awalnya muncul karena konsep kehidupan sehari-hari dan akhirnya dirumuskan dengan berbagai rumus yang terlihat njelimet. Tapi, selama kita bias mencari celah di mana suatu hal menjadi menarik bagi anak-anak di sanalah kita mengajak mereka mengambil hikmah serta ilmu dari apa yang mereka lihat, dengar, serta rasakan sehari-hari. Cambuk juga untuk saya agar makin rajin menemukan hikmah di setiap ketetapan Allah. Bismillah..

Leave a comment