Life Experience, My Life

MINGGU PERTAMA TOILET TRAINING ANAK GADISKU

Masa-masa toilet training si adek ini membuat saya merasa begitu cepat ternyata waktu berjalan. Rasanya baru kemarin masa-masa toilet training si kakak, kini sudah giliran si adik rupanya. Masih melekat di ingatan sekitar bulan Oktober-November 2014, Mas Rasya menjalani masa toilet trainingnya dengan aneka tantangan dan pengalaman menarik. Walaupun sudah berpengalaman melakukannya untuk anak pertama, memulai untuk anak kedua pun membutuhkan tekad yang kuat. Awalnya saya ingin memulai saat usia adik 18 bulan, namun saya mengurungkannya karena pada bulan-buan tersebut sedang ada beberapa keluarga yang akan datang ke rumah untuk menginap dan silaturahmi. Saya merasa akan sedikit kurang nyaman, baik bagi tamu maupun bagi kami jika memulainya di saat itu. Di awal Januari 2016 sebenarnya sudah akan saya mulai program toilet trainingnya, namun si adik ternyata kecapekan karena habis liburan, jadi demam, batuk pilek disertai diare. Maka sayapun menunggu sampai si adik benar-benar sudah sehat dan normal kembali frekuensi buang airnya.

Adik Najah ini memang cenderung lebih cepat perkembangan bicaranya. Di usia 1 tahun sudah mulai banyak bicara walauppun hanya 1-2 kata dengan artikulasi yang cukup jelas. Saat usianya 18 bulan, perkembangan bicara sudah jauh lebih pesat, karena sudah dapat membuat kalimat lengkap yang terdiri dari Subyek, Predikat, dan Obyek atau Keterangan. Ditambah lagi sangat cepat dan mudah menirukan kosa kata baru yang didengarnya. Selain itu beberapa lagu, surat pendek, dan doa harian juga mulai bisa melafalkan walaupun harus dipancing dulu depannya. Hal ini salah satu alasan saya memulai toilet training adek Najah di usia 19 bulan menuju 20 bulan. Selain karena kecakapan bicaranya, si adik sudah mulai meminta sendiri jika ingin buanng air besar ke kamar mandi (mungkin, dia sudah merasa risih jika buang air di diapers yang dipakainya).  Hal ini juga yang makin mendorong serta meembulatkan tekad saya untuk memulai toilet training untuknya.

Hari ini tepat satu minggu Adek Najah menjalani toilet trainingnya. Walaupun kecakapan bicara sudah terlihat, serta sudah bisa menyampaikan jika akan buang air besar, proses ini ternyata tetap tidak semudah yang saya bayangkan. Masing-masing anak punya keunikan tersendiri. Saat menjalani toilet trainng untuk kakaknya, tantangan terbesar saya adalah si kakak yang takut air dingin serta si kakak yang menahan agar tidak buang air karena takut air dingin. Saat memasuki giliran si adik, tantangannya adalah justru sebaliknya, yaitu si adik yang sangat hobi main air tak peduli airnya hangat atau dingin. Jadi, setiap dia buang air kecil di celana (belum bisa di kamar mandi), maka akan segera saya ajak ke kamar mandi untuk membersihkannya. Saat saya bersihkan inilah, kemudian si adik ini langsung bermain air dan sulit diajak keluar dari kamar mandi. 3 hari pertama emosi saya belum stabil, begitupun si adik yang masih adaptasi. Terlebih, 1 bulan terakhir ini si adik sangat mudah tantrum jika keinginannya tidak dituruti. Jadilah, saya yang masih belajar mengendalikan emosi ini terkadang masih terpancing jika si adik mulai tantrum. Jadi, drama yang terjadi antara kami berdua di 3 hari pertama adalah tantrum dan mengomel (astaghfirullah…). Melihat kondisi yang seperti ini, tentu awalnya saya sempat terpikir untuk tidak melanjutkan dulu toilet training dengan dalih mungkin si adik belum siap. Namun, ternyata setelah saya merenung kembali bukan si adik yang belum siap, melainkan saya sendiri yang masih belum siap. Mungkin, saat itu kualitas ibadah saya menurun sehingga mudah terpancing saat anak tantrum. Saya tersadar dan segera mengembalikan semangat saya untuk melatihkan hal  kemandirian penting ini untuk anak gadis saya. Berusaha sekaligus meminta bantuan pada Allah agar diberikan kesabaran yang lebih saat menghadapi si adik yang sedang masanya mudah tantrum ini.

Saya sempat mengistirahatkan si adik untuk tidak toilet training di minggu pertama tersebut. Pertama, untuk mengembalikan kestabilan emosi saya dan si adik. Setelah kami memulainya kembali di hari Jum’at, si adik tampaknya sudah mulai terbisa, walaupun masih ngompol sekitar 5 kali dalam kurun waktu pagi setelah mandi sampai waktu mandi sore. Program toilet training yang adik Najah jalani saat ini masih toilet trining di pagi-sore hari. Insya Allah, jika sudah aman di masa ini baru akan dicoba sore-pagi harinya.

Di hari senin kemarin, saya melihat sedikit perkembangan untuk si adik. Dia sudah mulai berusaha menyampaikan jika ingin buang air kecil ke kamar mandi, walaupun masih belum bisa menahan, jadi sudah buang air sebelum sampai di kamar mandi. Dan setelah 2 kali ngompol, si adik akhirnya bisa menahan buang air dan kemarin berhasil 1 kali buang air di kamar mandi tanpa acara tantrum. Walaupun masih cukup sulit diajak berhenti jika sudah main air, tapi paling tidak sudah berkurang dibanding minggu lalu. Hal yang kadang memicu tantrumnya di masa toilet training ini adalah hal memilih baju. Setelah buang air, maka secara otomatis akan diganti baju, celana serta dalaman si adik. Nah, hal yang menguji saya adalah si adik selalu minta baju favoritnya, padahal baju favoritnya masih dicuci, atau sedang dijemur. Jadi, harus penuh bujuk rayu agar mau pakai baju sesuai ketersediaan yang ada.

Semoga di minggu ini, saya makin bisa menyusun strategi yang lebih efektif serta menyenangkan sehingga drama mewek dan tantrum bisa diminimalisir, Aammiiin…

image