Akhir bulan September 2014 lalu, saya kembali membulatkan tekad untuk melatih Mas Rasya tidak memakai diapers lagi. Kenapa lagi? Karena ini sudah yang ke-3 kali saya mencoba melatihnya. Hehe.. Pertama kali saya melatihnya di usia 9 bulan dengan membelikan potty seat khusus, saat itu saya termotivasi oleh eyang – eyang tetangga yang melatih cucunya sejak usia 9 bulan untuk ke toilet sendiri. Saat usia 9 bulan, memang Rasya begitu excited saat didudukkan sendiri di atas closet dengan potty bergambar mickey mouse dan diapun mau poop di sana. Namun, karena saya nya pun belum siap 100% dengan konsekuensi bersih – bersih dsb tanpa ada asisten rumah tangga, maka melatihnya tidak rutin setiap hari dan jadinya kembali lagi ke diapers.
Di usia Rasya 14 bulan, saya kembali bersemangat untuk memulai lagi toilet trainingnya. Selain sempat diindikasikan DSAnya kalau Rasya cukup sensitif dengan diapers, saya juga merasa sudah lebih siap karena kesibukan saya di luar rumah sudah mulai berkurang jadi untuk konsekuensi bersih – bersih sudah terbayangkan dan siap dihadapi. Dan… ternyata ada poin lain yang saya lupakan bahwa ternyata untuk toilet training paling tidak anak kita sudah bisa berbicara untuk menyampaikan maksudnya untuk ke kamar kecil. Karena Mas Rasya saatitu belum bisa bicara dan belum bisa merasakan juga untuk buang air, termasuk menunjukkan gestur akan buang air, maka buang airnya pun masih kececeran. Ditambah lagi di saat yang bersamaan dengan berniat toilet training, ternyata saya dinyatakan positif hamil anak ke-2. Morning sickness kehamilan anak ke-2 yang ternyata lebih terasa membuat saya terpaksa menunda kembali sesi toilet training ini.
Dan akhirnya, setelah sekarang saya lihat si Mas Rasya ini sudah mulai atau bahkan sangat talkative saya putuskan untuk memulai toilet trainingnya. Selain karena si adiknya juga lumayan anteng, jadi fokus saya sementara untuk toilet training Mas Rasya. Saya pun menyiapkan stok celana dalam lumayan banyak untuk mengantisipasi kalau buang air berkali – kali dan belum sempat mencucinya. Seminggu pertama memang benar – benar menguji kesabaran, hehe… Karena ternyata cukup sulit membiasakan anak untuk ke toilet setelah biasanya dia bisa buang air di mana saja.
Pernah saya mengikuti tips beberapa mommy di internet untuk rutin mengajaknya ke kamar mandi. Tetapi Mas Rasya ini cenderung takut dengan air dingin. Sehingga dia lebih memilih untuk menahan buang air kecil daripada harus diajak ke kamar mandi dan cebok dengan air dingin. Di saat yang bersamaan saya juga sedang melatih Mas Rasya ini berani untuk mandi air dingin. Untuk mengubah paradigma air yang dingin, saya mencoba membahasakan dengan air seger. Tetapi jurus itu ternyata belum begitu ampuh digunakan. Jurus lainnya adalah selalu membawa mobil – mobilannya untuk dimandikan bersama. Jadi, saat mandi dia sambil bermain dan tidak terasa jika sedang mandi dengan air dingin. Dengan jurus ini, Mas Rasya sudah mulai beradaptasi dengan air dingin sekalipun sesekali masih menolak untuk mandi air seger.
Pernah sekali waktu si Mas Rasya ini menhan buang air kecil hingga seharian dia tidak buang air kecil sama sekali. Padahal sudah saya coba mengajak ke kamar mandi beberapa kali dan mencoba menyiram kakinya dengan air agar bisa refleks untuk pipis. Akhirnya, karena khawatir sayapun memakaikan diapers lagi. Setelah saya rasa dia mulai nyaman lagi untuk pipis tanpa menahan sayapun melanjutkan toilet trainingnya. Kali ini saya mencoba merayunya dengan bermain bersama boneka beruang Wilson (sabun pencuci tangan merk wilson). Dan sayapun terinspirasi juga oleh video di youtube yang mengajarkan cara toilet training dengan meletakkan kursi kecil pendek untuk pijakan anak. Dengan berbekal itu, ditambah saya iming – iming bahwa nanti di kamar mandi akan ada air mancur, mas Rasya pun mulai nyaman untuk ke toilet. Jadi begitu saya liat gesturnya yang menunjukkan bahwa dia sedang ingin buang air kecil, segera saya ajak dia untuk bermain di kamar mandi. Beberapa saat kemudian, saya bilang padanya, “Mas Rasya mau lihat air mancur nggak? Coba liat ya.. Tuh kan ada air mancurnya punya Mas Rasya sendiri.” Diapun merasa senang karena melihat air mancur yang tidak lain adalah pipisnya. Jadi sekarang saya membahasakan pipis dengan air mancur untuk mengasosiakan si anak dengan sesuatu yang lucu dan menyenangkan.
Untuk sementara toilet training sudah mulai terlihat progressnya walaupun masih buang air kecil saja. Target saya, akhir Oktober 2014 ini si Mas Rasya lulus toilet training. Semoga proses belajar untuk buang air besarnya juga bisa menyenangkan. Hehe… Yang ini tantangannya labih berat sebenarnya. Tapi bismillah, tetap belajar dan mencari celah untuk membuat anak happy buang air di kamar mandi. Buat para ibu yang sedang senasib dengan saya semoga tetap semangat ya.. Insya Allah saat mereka bisa ke toiet sendiri nanti rasanya pasti legaaa sekali… Part 2 nya akan saya tulis, jika Mas Rasya sudah bisa buang air besar di toilet. Semoga segera, aammiin…