My Life

MINGGU KEDUA TOILET TRAINING ANAK GADISKU

Memasuki minggu kedua toilet training, si adik mulai terbiasa dengan kebiasaan ke toilet. Frekuensi buang air kecil dan besar juga mulai terlihat. Saya mencatat untuk buaang air kecil dari pagi hingga siang frekuensinya sekitar 2-5 kali dan siang-sore sekitar 0-2 kali. Sedangkan buang air besar dalam 1 hari frekuensinya sekitar 1-2 kali, biasanya di pagi atau malam hari.

Walaupun masih lebih sering pipis di celana, namun sesaat setelah pipis, Najah akan segera bilang karena tidak nyaman. Atau terkadang diungkapkan dengan menangis tanda tidak nyaman. Di hari jum’at saya meliburkan toilet trainingnya, karena ada Mbah Kungnya dari Sidoarjo yang dating dan mengajak pergi jalan-jalan. Akhirnya, sementara karena di perjalanan adek libur dulu toilet trainingnya.

Minggu kedua ini sebenarnya merupakan uji konsistensi Bundanya. Yah, saya berusaha lebih tenang menghadapi si adek yang kurang nyaman dengan situasi toilet training sekarang. Proses toilet training si adek ini juga jadi sarana melatih emosi saya, karena menghadapi anak tantrum beberapa kali dalam sehari terkadang membuat saya menjadi lelah secara emosi. Namun, saya bersyukur, si Mas Rasya banyak membantu saya. Mulai dari membantu mengambilkan lap pel, membantu menenangkan adiknya, atau bahkan mengingatkan saya yang terkadang kurang sabar menghadapi adiknya yang sedang tantrum.

Di minggu pertama, saya sempat pakai trik hanya memakaikan kaus dalam dan celana dalam saja pada si adik untuk menghemat cucian baju. Karena frekuensi hujan mulai sering jadi seringkali stok baju menipis karena masih dijemur atau dicuci. Namun, si adik ternyata tidak nyaman hanya memakai kaus dalam dan celana dalam saja walaupun hanya di dalam rumah. Maunya ganti baju sesuai permintaannya. Begitulah mungkin karena anak gadis jadi sedikit berbeda dengan anak laki-laki dan lebih centil dalam hal fashion, hihi.

Nah, trik membersihkan pakaian yang terkena ompol si adek yang saya pakai adalah selalu langsung merendamnya dengan air kran yang mengalir sampai baunya hilang setelah itu baru diberi deterjen, dikucek, dan langsung dijemur. Karena jika dibiarkan saja baunya akan menyengat dan akan lebih sulit hilang. Namun, jika terpaksa si adik gak mau ditinggal ngucek, saya hanya merendamnya dengan air kran sampai baunya hilang lalu kran akan saya matikan.

Selain pakaian terkadang, si adek masih minta disusui di sofa bed yang ada di rumah. Nah, terkadang saat sedang di sofa bed adek juga mengompol. Untuk menjemurnya saya tidak mungkin bisa. Selain karena ukurannya yang besar, beratnya juga lumayan sehingga saya tidak kuat untuk mengangkatnya ke luar. Akhirnya, trik yang saya gunakan untuk membersihkan adalah dengan mengelap dengan lap yang dibasahi. Lalu mengelapnya kembali dengan tisu basah yang berbau harum. Lalu menghilangkan basahnya dengan menyalakan kipas angin di dekatnya. Sementara ini baunya tidak membekas di sofa, hanya saja jadi ada sedikit bercak berbeda warna tanda pernah basah di atas sofa. Oleh karena itu seringkali saya menyiapkan matras di lantai untuk mengalihkan keinginan si adik untuk menyusu di sofa. Karena jika menggunnakan matras, lebih mudah membersihkannya, hanya perlu dilap dan nodanya tidak tembus karena bahan covernya yang tidak menyerap air.

Semoga minggu ketiga dan seterusnya, bisa memberikan banyak pelajaran lagi bagi saya, adik Najah serta Mas Rasya. Indeed, toilet training ini adalah sebuah proses yang ternyata bukan hanya untuk si adik tapi juga proses belajar bagi seluruh anggota keluarga intinya.

image
pic from : http://www.nhk.us