Learning for Kids, Reading and Books

Resensi Buku Sumber Berkisah : Tafsir Ibnu Katsir

Alhamdulillah Allah berikan kesempatan pada saya belajar dengan Komunitas Ibu Berkisah (KIB) sehingga semangat serta motivasi berkisah dapat terus terpompa. Selain itu upgrading pengetahuan berkisah juga makin bertambah dengan adanya sesi berbagi dari para member KIB ini.

Saya yang juga masih fakir ilmu mencoba sedikit berbaagi pengalaman dari sumber-sumber berkisah yang pernah digunakan. Walau sedikit semoga memberikan manfaat sehingga dapat menjadi pemberat amal kebaikan saya kelak di yaumil hisab.

Berbagi sedikit pengalaman berkisah dari sumber tafsir, walau sayapun masih dalam tahapan murid dalam menimba ilmu tafsir ini. Masih jauh dari hafalan yang mutqin, namun terus berusaha berinteraksi dengan Al-Qur’an. Semoga dengan sedikit demi sedikit belajar tafsir menambah kecintaan saya dan rekan-rekan sekalian pada Al-Qur;an sehingga menambah semangat kita untuk terus mempelajari Qur’an serta menggali kisah yang ada di dalamnya untuk dijadikan pelajaran serta bekal dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat.

Resensi tafsir QS. Al-Fiil yang dapat dilihat dan didownload pada link berikut ini.

Semoga bermanfaat dan terima kasih telah diberi kesempatan untuk berbagi because sharing is caring.

Knowledge

Resume Buku Bunda Sayang

Hampir 2 tahun berada di grup Institut Ibu Profesional dan hampir 2 bulan mengikuti program matrikulasinya. Bersyukur sekali bisa berada di tengah-tengah para Ibu pembelajar yang semangat belajar dan berbaginya luar biasa. Memacu saya untuk makin memperbaiki diri sebagai individu, sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai agen perubahan di masyarakat. Banyak PR yang masih harus saya benahi, namun semoga sambil bebenah diri sambil terus belajar dan berbagi dengan para Ibu yang lain. Dalam program matrikulasi ini, saya disadarkan dengan proses belajar yang bertahap dan fokus serta tidak terburu-buru yang terpenting adalah komiten dan konsisten. Dulu, banyak sekali buku yang dilahap untuk dibaca, namun tak berbekas sedikitpun (karena memang ilmu yang tak diikat dengan tulisan kemungkinan besar akan tak bertahan lama). Lebih-lebih jika isi buku tak kunjung diaplikasikan, rasanya ilmu-ilmu yang pernah dibaca pun sekedar melekat sejenak di otak lalu hilang tak berbekas. Sekarang saya berupaya menuliskan dan berusaha mengapikasikan apa yang saya baca sedikit demi sedikit.

Sambil belajar di program matrikulasi, saya akhirnya terpacu untuk membaca referensi yang dijadikan rujukan yaitu Serial Buku dari Institut Ibu Profesional. Walaupun sudah membaca semua bukunya, namun, saya ingin merefresh kembali ingatan serta sedikit demi sedikit mempraktekkan tulisan dari para Ibu yang luar biasa dalam buku tersebut agar menjadi sosok ibu yang dibanggakan keluarga. Dalam seri Bunda Sayang ini saya banyak sekali tertampar dengan cerita-cerita yang disajikan maupun tips-tips yang diberikan. Agar semakin sering tertampar, maka catatan tips dari buku tersebut saya buat untuk pengingat diri dengan menempelkannya di sudut ruangan yang sering saya kunjungi di rumah. Agar setiap saya khilaf saya teringat kembali dengan pengalaman dan tips yang diberikan oleh para Ibu keren penulis buku ini. Sungguh saya masih jauh dari sosok ideal yang disebutkan dalam buku ini, maka saya sedang berusaha belajar untuk menjadi sosok Ibu Penyayang seperti di dalam buku ini.

Tulisan kali ini dalam rangka berbagi dengan para Ibu yang juga ingin terus belajar menjadi sosok penyayang di tengah keluarganya. Buku Bunda Sayang ini berisi 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak yang di dalamnya menyajikan cerita dibalik poin ilmu pengasuhan seta tips dan trik penerapannya. Terdiri dari 192 halaman dan ditulis oleh para Ibu yang tergabung dalam Komunitas Ibu Profesional.

Resume ini saya buat dalam 2 versi yaitu Resume Buku Bunda Sayang Full dan dalam bentuk poin-poin yang tips yang saya tempel di sudut ruangan sebagai pengingat diri Resume Bunda Sayang-Poin Pengingat Diri. Semoga resume ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan juga para Ibu lain. Semoga Allah memberi kekuatan kita semua untuk terus komitmen dan konsisten menjalaninya. Aammiin….

cover-bunda-sayang

 

 

 

 

 

 

Life Experience, My Life

Yuuk Keliling Dunia Bersama Anak-Anak….

Siapa sih yang gak mau keliling dunia hari gini? Saya pun pasti tidak akan menolak kalau dikasih tawaran keliling dunia gratis. Nah, karena keliling dunia itu terbilang mahal, maka untuk saat ini jika kita belum mampu mengajak buah hati untuk dapat berkeliling dunia melihat sisi lain bumi Allah yang luar biasa indahnya tetap dapat bereksplorasi bersama buah hati berkeliling dunia dengan simulasi dan permainan sederhana. Bermain atau membaca buku menjadi aktifitas yang wajib bagi anak. Oleh karenanya mengajak anak berkeliling dan menjelajah dunia dapat dimulai dari aktifitas tersebut.

Saya yang diamanahi sebagai manajer di keluarga kami bertugas mentransformasi visi misi keluarga kami dalam aktiifitas kami sehari-hari serta target-target yang terukur untuk dicapai. Sebenarnya cukup berat bagi saya mendapat tugas mentransformasi visi misi keluarga untuk menjadi keluarga Islami yang harmonis dan berwawasan global ini menjadi sebuah action plan bagi kami sekeluarga. Namun, saya berupaya perlahan-lahan mencoba menerapkan nilai keislaman keharmonisan dan wawasan global bbagi anak-anak dengan cara yang lebih mudah mereka pahami. Berikut adalah rangkuman pengalaman kami menjalankan transformasi nilai – nilai tersebut yang kami anggap sebagai keliling dunia versi imajinatif sebagai awalan bagi mereka mengenal apa itu dunia.

1.       Mengawalinya dengan Buku

Seperti kata pepatah bahwa buku adalah jendela dunia. Anak-anak yang sedang addict dengan buku ini saya berikan asupan bergizi sekaligus Islami berupa buku sejarah paara Nabi,  peperangan di masa Rasulullah dan para sahabat. Karena dalam kisah heroik bersejarah ini, anak-anak akan mengenal nama-nama daerah, dan Negara yang asing. Dari sanalah curiousity mereka akan mulai muncul. Dan benar saja, saat dibacakan cerita tersebut, pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul. Kadang bertanya, “Emang Palestina itu di mana Bunda? Kalau Mesir tempat Raja Fir’aun di mana? Piramida itu terbuat dari apa? Mu’tah itu di mana sih Bun? Dan banyak lagi pertanyaan lain yang jawabannya perlu diberikan sesi khusus bagi mereka melihat ssemua wilayah tersebut lebih jelas. Dan dengan buku-buku inilah pintu gerbang bagi saya untuk dapat mengenalkan pada mereka betapa luasnya dunia ini dan betapa Maha Besarnya Allah menciptakan dunia dan seisinya ini. Dari satu buku ke buku lain, mereka mulai mengenal apa itu benua, apa itu Negara, lautan, daratan, dan berbagai icon bersejarah. Dan di setiap sesi membaca buku tersebut, saya selalu bertanya pada mereka, “Apakah kalian ingin mengunjungi tempat tersebut?” Dan jawaban mereka pastinya “Mauuu Bunda… Ayoo kita ke sana!!!” Dan saya hanya meminta mereka “Kalau begitu, setiap selesai sholat jangan lupa berdoa pada Allah agar diberikan kesempatan dan rezeki untuk dapat melihat keindahan sisi bumi Allah yang lainya nak.. Allah Maha Kaya dan Maha Mendengar, jadi mintalah hanya kepada Allah..” Bgitulah setiap sesi membaca buku yang kami lakukan dan kami membiarkan anak-anak bermimpi setinggi-tingginya dan tetap tidak lupa berdoa pada Allah.

2.       Mengenalkan Peta

Melanjutkan sesi khusus untuk mengenalkan berbagai tempat yang menjadi pertanyaan anak-anak. Sayapun memperssiapkan senjata khusus agar mereka dapat melihat gambarannya lebih utuh dan bisa divisualisasikan. Berencana membelikan anak-anak globe besar agar mereka dapat gambaran bumi lebih utuh, namun apa daya belum menemukan globe super besar yang ramah di kantong kami. Jadi, sementara kami menabung untuk dapat memberikan yang lebih sempurna, taka da salahnya mengawalinya dengan Atlat dan peta biasa. Kami pun membelikan Buku Atlas untuk memudahkan anak-anak melihat keseluruhan wilayah yang ada di bumi. Dan buku itu kini memang menjadi salah satu buku favorit anak-anak.
image

3.       Bermain Monopoli

Permainan monopoli ini hanya sekedar bermain untuk mengenalkan anak-anak mengenai beberapa kota besar di dunia. Yah dengan bermain monopoli ini, anak-anak dapat berimajinasi sedang bepergian ke sana untuk tujuan bisnis misalnya. Sehingga mereka dapat berimajinasi untuk dapat membangun rumah, hotel, atau bahkan kami kenalkan untuk membangun masjid agar di Negara tersebut dakwah Islam dapat tersebar dengan luas. Hakikat monopoli sendiri untuk menguasai suatu daerah cenderung kami kesampingkan dan lebih mengambil manfaat dari ide berkeliling serta menjelajahnya saja.

4.       Mengenalkan Bendera

Ini menjadi daya tarik anak-anak untuk makin mengetahui seluk beluk berbagai Negara. Selain karena daya tarik aneka warna juga mereka dengan otomatis akan berusaha menanyakan Negara mana yang warna benderanya seperti yang sedang dilihatnya. Setelah itu dengan sendirinya akan dengan mudah mengingat Negara beserta bendera yang dimilikinya.
image

5.       Bermain Matching Games

Matching games yang dilakukan oleh anak-aanak balita ini sederhana saja. Menggunakan clothes pin kayu yang ada gambar bendera Negara dengan monopoly board sebagai media bermainnya. Selain menikmati berimajinasi berkeliling dunia, anak-anak juga belajar motorik halus untuk menjepit bagian monopoly board.
image

6.       Mengenal Profesi Diplomat

Selagi bermain – main dengan peta dan bendera, topik profesi pun menarik untuk diadikan diskusi bagi anak-anak. Dengan metode story teling yang diaplikasikan melalui metode role play menjadi diplomat menjadikan anak-anak makin paham dan mengerti sedikit gambaran profesi diplomat serta manfaatnya bagi masyarakat dan Negara. Seperti Rasya yang saat itu bermain peran sebagai diplomat dari Negara Indonesia yang sedang akan melakukan negosiasi dengan Negara-negara sahabat mengenai isu perdamaian di Palestina dan Syiria. Karena Rasya mulai saya kenalkan mengenai nilai kemanusiaan serta sejarah Islam mengenai Palestina. Dia berkeinginan agar Palestina dapat kembali Berjaya seperti di masa kejayaan Islam dahulu.
image

7.       Membuat Craft Bendera Negara

Permainan membuat bendera ini kami jalankan seiring permainan role play diplomat berlangsung. Negara-negara sahabat yang akan diundang dibuatkan benderanya dan diletakkan di atas meja di mana setiap delegasi akan duduk. Sambil mengenal geografi, profesi, sejarah, anak-anak juga dapat mellatih motorik halusnya dengan menggunting kertas origami dan menempelkannya sehingga dapat menjadi bendera Negara sederhana. Bagi si adik yang asih 20 bulan dapat menjadi sarana mengenal warna.

Banyak hal yang masih harus perkenalkan ppada anak-anak tentang seluk beluk dunia ini. Namun, biarlah sedikit demi sedikit mereka tahu sambil bermain dan sesuai dengan tahapan usianya. Serta sesuai dengan ketertarikan mereka. Serta kita sebagai orang tua juga perlu lebih banyak belajar sehingga dapat memberikan sumber buku serta referensi yang valid mengenai sejarah serta perkembangan ilmu social yang akan menjadi bekal penting anak-anak. Terutama bagi keluarga kami yang punya orientasi berwawasan global demi penyebaran dakwah Islam yang lebih luas.

#ODOPfor99days #day25

Life Experience, My Life

SERIAL BELAJAR BERSAMA ANAK 5 : LITERASI HIJAIYAH UNTUK BALITA

Saya sangat setuju bahwa memaksakan anak calistung dini sangat tidak baik bagi perkembangan mereka. Namun, menciptakan lingkungan yang membuat mereka cinta belajarlah yang seharusnya kita biasakan sejak dini. Untuk tahapan ini, saya berusaha sebisa mungkin mengajak anak-anak saya bermain sambil terus belajar bersama agar ptimal perkembangan otak mereka yang sedang di tahap golden age. Hal-hal yang sifatnya calistung tidak diajarkan secara langsung agar anak tidak mengalami stress dan akhirnya jenuh dalam belajar.

Putra pertama saya, mulai senang membaca (membuka buku dan ingin tahu isi buku tersebut) menjelang usia 3 tahun. Saya berusaha membacakan buku untuknya setiap malam menjelang tidur. Namun, kian lama kebiasaan membacanya tak lagi hanya saat menjelang tidur, melainkan di saat senggang atau di waktu-waktu bermainnya. Saya sedikit merasa malu dan makin terpacu untuk makin banyak membaca agar dapat memuaskan rasa ingin tahu putra pertama saya tersebut. Saya berusaha bertindak sebagai fasilitator baginya. Karena belum semua hal yang ditanyakannya bias saya jawab dengan baik. Maka, seringkali saya mengajaknya bersama-sama mencari tahu jawaban atas berbagai pertanyaannya.

Memang bahasa ibulah yang seharusnya dipelajari oleh seorang anak, baru setelah anak tersebut memiliki cukup banyak kosa kata dalam bahasa ibunya dikenalkan dengan bahasa lainnya. Namun, kami yang setiap hari membaca Al-Qur’an mau tidak mau menjadikannya ramah juga dengan bahasa Al-Qur’an. Saya tidak inngin menyebutnya bahasa arab secara khusus karena bahasa Al-Qur’an begitu indah.Mendengarkannya serta melihat kitab suci Al-Qur’an yang kami baca setiap harinya membuat putra pertama kami menjadi begitu akrab dengan Al-Qur’an.

Melihat ketertarikannnya, saya tidak ingin menyia-nyiakan keinginannya untuk belajar. Berikut pengalaman kami belajar sambil bermain literasi untuk huruf hijaiyah.

1.       Membuat Jemuran Hijaiyah

Ide ini muncul saat anak-anak lagi senang-senangnya ngikutin Bundanya lagi jemur baju. Nah, agar anak-anak bias menyaurkan energinya dengan mencopy aktifitas Bundanya tapi malah jadi kerjaan Bunda tambah lama, jadilah saya buatkan aktifitas imitasinya. Sambil belajar life skill menjemur, sambil saya selipkan pengenalan mengenai huruf hijaiyah.

Aktifitasnya pun bisa dikerjakan secara bertahap dan terus menerus. Saya membuatkan satu huruf hijaiyah dengan 3 harakat yaitu fathah, kasroh, dan dhommah. Sedangkan, huruf hijaiyahnya bias disesuaikan dengan kemauan anak untuk menambah atau masih di huruf yang sama. Misalnya saya mulai dari alif. Maka saya buatkan alif dengan fathah, alif dengan kasroh, dan alif dengan dhommah. Aktifitasnya pun sangat sederhana karena hanya menggunting dan menempel kemudian menjemurnya di tali raffia yang sudah saya sediakan. Bisa dilakukan setiap hari atau kakau saya disesuaikan dengan jadwal saya mencuci baju.

image
Membuat jemuran hijaiyah

2.       Mengenalkan keutamaan membaca Al-Qur’an melalui buku

Saat kecintaannya dengan buku mulai tumbuh, maka berbagai pesan yang ingin saya sampaikan kadangkala saya sampaikan melalui buku yang sedang dibacanya. Maka PR terbesarnya adalah mencari buku yang sesuai dengan kebutuhan anak. Saya menemukan judul buku yang pas untuk menyampaikan pesan tentang keutamaan membaca Al-Qur’an padanya melalui buku berikut ini.

image
Buku Penyampai Pesan

3.       Sebagai orang tua berupaya rutin membaca Al-Qur’an beserta terjemahnya

Melihat cara belajar putra pertama saya yang lebih cenderung auditori, maka mendengarkan cerita merupakan hal mudah masuk dan diingat olehnya. Saat sedang membaca terjemah Al-Qur’an setelah maghrib, awalnya adalah hanya untuk saya pribadi agar makin sering berinteraksi dengan Al-Qur’an. Ternyata, putra saya yang sambil bermain itu mendengarkan bacaan serta terjemahnya. Hingga suatu ketika saat saya tidak membaca terjemah dengan suara keras, putra sulung saya protes karena ia ingin mendengarkan cerita yang saya baca dari Al-Qur’an.

4.       Mengenalkan tempat belajar Al-Qur’an

Hal ini yang saat ini sedang saya lakukan. Dengan mengenalkan majlis ilmu padanya. Mengenalkannya pada aktifitas belajar Al-Qur’an di Masjid. Awalnya memang hanya lari-lari di masjid. Ia merasa masjid yang lapang adalah tempat yang nyaman untuk menyalurkan energinya. Setelah nyaman dan melihat teman-temannya bernyanyi, aneka tepuk untuk mengingat beberapa ajaran Islam, ibadah, dll, iapun mulai tertarik untuk duduk dan mengikuti berbagai hal yang diajarkan di Taman Pendidikan Al-Qur’an tersebut. Kisah-kisah teladan para Nabi, Malaikat, serta pengenalan doa harian, hafalan juz amma, mewarnai hijaiyah termasuk di dalamnya membaca Qiraati (metode belajar Al-Qur’an seperti Iqra’). Setelah nyaman dengan aktifitas itu, ia pun tidak mau absen dengan setiap kegiatannya. Terutama jika ada kegiatan di luar Masjid yang bertujuan syiar, semangatnya luar biasa. Saya tidak ingin memaksanya harus membaca Qiraati sekian halaman, tapi ia sendirilah yang menargetkan dirinya ingin segera bias membaca halaman berikutnya. Terkadang saya merasa tidak ingin memaksanya, namun saya juga tidak berhak menghentikan semangatnya. Saya berusaha sebisa mungkin membantunya untuk memfasilitasi kecintaannyaa mempelajari Al-Qur’an. Namun, saya sadar betul ilmu saya belumlah cukup. Maka di beberapa kesempatan, saya menanyakan info mengenai tempat belajar Al-Qur’an atau menghafal Al-Qur’an yang bisa memfasilitasi kecintaannya pada Al-Qur’an.

Bagi saya dan suami, kami berusaha sebisa mungkin tidak memaksakan anak-anak kami untuk terlalu dini belajar calistung. Namun, jika kesiapan dan keinginan anak tersebut sudah terlihat bahkan memintanya sendiri kami bertugas memfasilitasinya sebaik mungkin. Terutama jika kami sendiri masih terbatas keilmuannya. Maka kami harus mencarikan fasilitator yang tepat agar potensi mereka bias lebih optimal. Wallahu A’lam Bish Showab.

#ODOPfor99days #day9

Life Experience, My Life

Kids Book Lover

Kalau ditanya siapa penulis atau buku favorit saya saat ini, mungkin jawaban saya sedikit berbeda. Ya, berbeda, karena semenjak menjadi emak-emak rempong, selera buku berubah drastis. Dari yang tadinya suka baca majalah Swa, Bisnis, Tempo, atau buku-buku tentang finance, marketing, manajemen menjadi buku dan majalah anak-anak.

Walaupun sesekali masih melirik beberapa buku dewasa tapi itupun bukan lagi buku ekonomi, bisnis, politik, atau topik-topik yang dulu favorit saya melainkan buku- buku parenting atau psikologi. Mungkin fenomena ini tidak hanya terjadi pada saya, melainkan pada para Ibu lainnya. Kalau saya pribadi alasannya karena bekal saya menjadi orang tua masih sangat minim sehingga perlu bayak asupan bergizi untuk saya dan anak-anak.

Dulu, waktu masih kuper (kayaknya sekarang juga belum banyak kemajuan sih, hihi) kalo mau beli buku cuma punya tujuan ke Gramedia, Gunung Agung, Toga Mas, Periplus, atau toko buku popular terdekat. Walhasil pertumbuhan koleksi buku sedikit tersendat (karena begitu melihat harga-harga buku bikin mesti lebih selektif memilih yang sesuai dengan kantong). Namun, bersyukurlah saya karena ada media social berupa Facebook, Instagram, Path, serta Pinterest. Tiba-tiba saya kebanjiran informasi tetang begitu banyaknya koleksi buku bagus dan menarik dengan harga yang ramah untuk kantong saya yang biasa-biasa saja ini, apalagi sejak udah gak gajian rutin lagi tiap tanggal 25, hihi.

Saat buka Facebook, maka yang diketik di kolom search adalah buku anak. Dan karena Faacebook makin pintar dan canggih memetakan penggunanya langsunglah bermunculan beberapa grup penjualan buku atau page yang menjual buku-buku anak. Tanpa pikir panjang beberapa page yang berhubungan dengan buku-buku anak langssung saya ‘like’ dan ‘follow’. Demikian halnya dengan group yang berhubungan dengan buku-buku anak langsung saja saya klik ‘join’. Begitu tergabung dengan grup-grup tersebut serta memfollow page yang berhubungan dengan buku anak langsung deh kalap. Belanja buku terus menerus. Bersyukurnya saya saat sedang kalap-kalapnya belanja buku online, saat Gojek masih di tarif promo untuk mengirim barang. Setiap belanja 4-8 kg buku yang dikirimkan hanya menghabiskan ongkos Rp 10.000,-.

Tidak jauh berbeda saat membuka instagram, path, maupun pinterest kekalapan memborong buku anak-anak tidak bisa dihentikan. Namun, karena kebanyakan hasil pencarian di instagram, path atau pinterest adalah buku impor yang dibeli secara kolektif atau melalui amazon dan situs online internasional lain, maka saya yang masih gaptek ini belum bisa mengeksekusi beberapa wishlist buku tersebut. Tapi paling tidak, saya jadi kaya wawasan tentang jenis buku anak impor yang kira-kira cocok untuk Rasya maupun Najah. Dan ternyata, banyak juga buku-buku Islam impor yang bagus-bagus.

Perburuan saya tidak berhenti sampai di situ. Saat melihat minat baca anak-anak yang tinggi dan hampir semua koleksi yang telah dibeli habis dibaca, maka saya dan partner saya (baca: suami) makin gelisah. Karena jika mengandalkan online, maka waktu dan ketersediaan buku sesuai stok yang ada saja serta biasanya berebutan. Akhirnya, kami mulai merambah dunia offline dalam perburuan buku-buku anak ini. Saya bertugas mencari info di internet mengenai tempat penjualan buku-buku anak yang murah meriah dan suami sebagai eksekutor (maksudnya tinggal langsung jalan ke TKP untuk pilah-pilih buku dan peembayaran). Dari beberapa referensi tempat yang direkomendasikan di internet, kami baru mengunjungi 3 tempat yaitu di :

1.       Gudang Buku Bekasi Square, Revo

Bertempat di Bekasi Square Lantai Dasar, di sini menjual aneka buku bekas dengan bebagai kondisi. Di sini, kita seperti sedang berada di Gramedia versi buku bekasnyaa. Tapi, jangan khawatir tempatnya nyaman karena berada di dalam mall. Tapi, karena kebanyaakan koleksi adalah buku bekas maka siapkan tissue basah untuk membersihkan tangan anda dan anak-anak anda dari debu. Kelebihan toko buku ini adalah ada klasifikasi harga. Atau beberapa koleksi telaah ditempel harga dengan stiker. Hal ini memudaahkan kitaa untuk memilih. Tinggal pilih, dan langsung bayar ke kasir. Harganya pun ramah di kantong. Untuk majalah anak-anak berkisar antara Rp 5.000,- sampai Rp 15.000,-. Sedangkan buku-buku beraneka ragam mulai dari Rp 7.500,- sampai Rp 40.000,- untuk buku-buku hardcover. Tempat ini yang hamper setiap bulan kami kunjungi, karena lokasinya yang tidak jauh dari rumah kami.

2.       Thamrin City (Pedagang pindahan dari Kwitang)

Lokasi tepatnya adalah di Lantai 3A Blok G dan H Thamrin City. Di sini ada sekitar 5-6 kios pindahan dari Kwitang. Tempat belanja memang tidak senyaman mall, tapi jelas lebih nyaman disbanding di pinggir jalan. Di sini banyak koleksi buku baru maupun bekas. Buku bekaspunsudah diberi plastic biasanya sehingga lebih rapi disbanding dengan Gudang Buku Bekasi Square. Sayangnya, di sini kita haruss menawar harga buku-buku yang dijual. Alhamdulillah, beberapa buku saya pernah lihat serta menyimpan referensi harganya saat melihat koleksinya di media online. Jadi saat menawar, saya tidak ragu menawar sesuai harga pasarannya atau bahkan di bawahnya. Dan, sebelum membeli atau membayar pastian kondisi dalam bukunya terlebih dahulu. Saya bersyukur, suami saya adalah orang yang sangat teliti sebelum membeli. Jadi, ia melihat keseluruhan isi buku terlebih dahulu sebelum menawar harganya. Jaadi, harga yang ditawar juga mempertimbangkan kondisi baik dan buruknya buku tersebut.

image

Kurang lebih ada 40an buku yang kami beli dan kami menghabiskan sekitar Rp 400.000,-. Bagi kami sih ini bisa dikategorikan murah ya.

3.       Kinokuniya, Grand Indonesia

Kalau yang ini khusus untuk koleksi buku impor ya. Yang saya cari di sini adalah buku-buku Islam impor. Karena kami ingin pemahaman aqidah, akhlaq serta ibadah yang matang bagi anak-anak kami maka genre buku tersebutlah yang ami cari. Kisaran harga buku-buku tersebut sekitar Rp 40.000,- sampai Rp 250.000,-. Ya, sesuai lah ya dengan lokasinya. Dan yang jelas, tempatnya sangat nyaman karena di GI, hehehe.

Beberapa tempat lain yang direkomendasikan di internet belum kami kunjungi dan pastinya akan menjadi destinasi kunjungan kami di tiap libur atau weekend. Alokasi dana untuk buku ini memang lumayan. Namun, karena ini merupakan investasi kami demi kemandirian belajar anak-anak rasanya tidak ada salahnya kami sedikit boros dalam urusan buku. Toh, kami juga belum mengalokasikan dana besar untuk memasukkan anak-anak ke sekolah formal. Maka dana tersebut kami alokasikan untuk keperluan pendidikan mereka melalui buku-buku yang kami sediakan di rumah. Godaan meembeli buku ini memang sangat besar, sehingga PR saya adalah tetap mengedepankan “tight money policy” di tengah godaan investasi buku. Bismillah… Semoga apa yang kami upayakan ini bias  menjadikan anak-anak kami pembelajar mandiri dan pecinta ilmu serta bermanfaat bagi masyarakat. Aammiin.

#ODOPfor99days #day8

Life Experience, My Life

Clean Up The Toys : Never Ending Story For A Mother With Toddler

Panjang banget deh bikin judul tulisan, hihi. Harap maklum ya, penulis blog ini memang masih amatir, jadi gaya bahasa, EYD, dan tetek bengek tulis menulisnya masih acak adut. Intinya, di tulisan kali ini mau berbagi suka duka memiliki balita yang lagi aktif-aktifnya dan never ending playing. Karena memang dunia mereka adalah dunia bermain dan dunia kita (baca: Bundanya) adalah dunia beberes tiada henti, hehe.
Idealnya, rumah itu rapi, bersih, wangi, semua ada pada tempatnya. Tapi, kenyataan memang tak seindah yang diharapkan. Apalagi kalau punya balita, ditambah lagi balitanya ada 2, 3, dst. Tapi, inilah indahnya sebuah rumah yang berisi kehangatan bermain bersama anak. Mainan berserakan ke mana-mana, tisu dikeluarin dari kotaknya, buku berhamburan ke mana-mana, baju yang udah diseterika diacak-acak, dan banyak lagi drama bermain lainnya.
Kondisi ini memang kadang sedikit menguras energi dan emosi bagi saya yang masih belajar untuk tidak bernada tinggi saat mengingatkan ataupun mengeluh. Memilih meninggalkan mereka sejenak serta membiarkan mereka bermain sendiri saat ini yang saya lakukan. Mengisinya dengan aktifitas lain yang menjadi target harian saya dibanding mematahkan kreatifitas anak-anak dengan terus mengawasinya dan akhirnya sering mengatakan, “hati-hati ya, awas ya nanti, jangan ya, atau kata-kata negatif lainnya. Walaupun memang konsekuensinya akan ada kerusuhan (baca: rumah berantakan) besar-besaran dan biasanya memakan korban (baca: ada barang atau mainan yang pecah, patah, dsb). Saya mulai menikmati dan menemukan ritmenya setelah mulai berusaha menjauh saat anak-anak sedang bermain berantakin segala macam dalam rangka eksplorasinya.
Kini, masa itu justru saya jadikan “Me Time” entah untuk menulis di blog atau sosmed, mengeksekusi resep baru, membalas pesan teman, atau membereskan orderan. Setelah mereka selesai, biasanya dengan serta merta akan mencari saya dan mulai kepo dengan yang saya kerjakan. Segera saya letakkan aktifitas “Me Time” saya dan segera menjalankan misi berikutnya.
Misi berikutnya adalah “Beberes Time”, hehe. Bagian ini emang bikin males siapa aja termasuk saya. Apalagi kalo habis ngeliat segitu banyaknya yang mesti diberesin. Untuk misi ini, setelah trial and error berbagai metode ngajak anak beresin sendiri mainannya, akhirnya saya menemukan 2 cara handal mengajak anak saya beberes. Tapi, cara ini belum tentu cocok juga dengan anak-anak yang lain, perlu dilihat celahnya untuk mengajak anak terlibat dalam aktifitas beberes ini. Dua metode yang saat ini efektif saya terapkan adalah :
1. Kompetisi
Mengapa saya memilih kompetisi? Karena anak pertama saya, Rasya sangat kompetitif. Dan adiknya adalah peniru ulung. Jadi, saat saya mengadakan kompetisi atau lomba tertentu pasti semuanya langsung semangat. Misalnya saat sesi main, yang paling berantakan adalah lego atau building blocks. Saya akan mulai dari lomba mengumpulkan lego berlanjut ke mainan serta benda lain yang harus dibereskan. Tapi, dalam setiap lomba tidak ada yang kalah, karena semuanya pemenang. Ada pemenang pertama dan kedua. Setelah menetapkan pemenang biasanya saya mengapresiasi mereka dengan ciuman, pelukan, atau memberikan cemilan kesukaan.
image

2. Keterlibatan dan Pembagian Tugas
Jurus kedua ini biasanya akan saya pakai kalau jurus pertama sedang tidak menarik bagi mereka atau mau menguji reaksi Bundanya. Kalau sudah begitu, saya yang akan memulai dan berbagi tugas dengan anak-anak. Dialog yang biasanya terjadi pada kondisi ini saya gambarkan sebagai berikut :
Bunda : Mas, kita lomba masukin kereta ke laci yuk..
Rasya : Gak mau ah.. Bunda aja yang masukin.
Bunda : Gimana kalo Bunda yang masukin kereta, Mas Rasya yang masukin relnya? Kan tangan bunda cuma ada 2, kalo tangannya gak muat untuk bawa kereta dan relnya gimana?
Rasya : Nanti balik lagi aja buat ngambilin relnya.
Bunda : Bener nih ga mau kebagian pahala beresin mainan? Bunda borong pahalanya ya kalo gitu.. (Sambil mulai ngambilin mainan)
Rasya : (Mulai ngeliatin dan ikut ngambilin relnya)
Kalau rasa malas sedang melanda dan kedua jurus ini belum mempan, biasanya saya akan memulai aktifitas lain untuk mereka dan membereskannya setelah mereka terlelap.
image

Dalam manajemen penyimpanan mainan dan buku-buku, kami menyiapkan 1 excel (lemari laci susun plastik) yang terdiri dari 5 laci. Masing-masing laci sudah diberi label untuk klasifikasi mainan. Misalnya laci pertama ATK dan perlengkapan membuat craft, laci kedua berisi perlengkapan ibadah anak-anak seperti peci, sarung, mukena, sajadah, dan buku mengaji, dsb. Laci ketiga berisi mainan logic math seperti puzzle, building blogs, balok, cetakan huruf angka plus playdough, dsb. Laci ke empat berisi aneka mainan replika seperti hewan-hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, alat musik, mobil-mobilan, dsb. Laci terakhir berisi aneka jenis kereta shinkansen lengkap dengan rel, stasiun, jembatan, terowongan, dan perlengkapan lain terkait shinkansen (karena putra pertama saya sangat suka shinkansen). Idealnya kami ingin membuat rak mainan khusus dan melengkapinya dengan foto di tempel di tiap rak yang menunjukkan tata peletakan masing-masing mainan untuk anak-anak seperti yang pernah kami lihat di beberapa playroom di Jepang (sayangnya, saya lupa mengabadikannya lewat foto). Namun, sambil jalan dan nabung dulu untuk beli rak barunya. Plus mikirin tempatnya juga, karena space rumah yang terbatas. Untuk penyimpanan buku, kami menyiapkan 2 space rak khusus untuk buku Rasya dan Najah dari rak buku kami. Space untuk Rasya kami letakkan agak ke atas untuk menghindarkan buku-bukunya jadi sasaran dirobek adiknya. Sedangkan buku-buku Najah sengaja diletakkan di rak paling bawah untuk memudahkan menjangkau mengambilnya. Karena masih di bawah 2 tahun, koleksi buku Najah memang masih berupa board book kebanyakan jadi aman untuk dijadikan bahan eksplorasinya alias aman dari robekan, hihi.
image

Sekian dulu sharing beberes mainan ala keluarga kami. Kalau lain waktu sudah menemukan jurus baru akan disambung lagi.

#ODOPfor99days #day1