Kalau ditanya siapa penulis atau buku favorit saya saat ini, mungkin jawaban saya sedikit berbeda. Ya, berbeda, karena semenjak menjadi emak-emak rempong, selera buku berubah drastis. Dari yang tadinya suka baca majalah Swa, Bisnis, Tempo, atau buku-buku tentang finance, marketing, manajemen menjadi buku dan majalah anak-anak.
Walaupun sesekali masih melirik beberapa buku dewasa tapi itupun bukan lagi buku ekonomi, bisnis, politik, atau topik-topik yang dulu favorit saya melainkan buku- buku parenting atau psikologi. Mungkin fenomena ini tidak hanya terjadi pada saya, melainkan pada para Ibu lainnya. Kalau saya pribadi alasannya karena bekal saya menjadi orang tua masih sangat minim sehingga perlu bayak asupan bergizi untuk saya dan anak-anak.
Dulu, waktu masih kuper (kayaknya sekarang juga belum banyak kemajuan sih, hihi) kalo mau beli buku cuma punya tujuan ke Gramedia, Gunung Agung, Toga Mas, Periplus, atau toko buku popular terdekat. Walhasil pertumbuhan koleksi buku sedikit tersendat (karena begitu melihat harga-harga buku bikin mesti lebih selektif memilih yang sesuai dengan kantong). Namun, bersyukurlah saya karena ada media social berupa Facebook, Instagram, Path, serta Pinterest. Tiba-tiba saya kebanjiran informasi tetang begitu banyaknya koleksi buku bagus dan menarik dengan harga yang ramah untuk kantong saya yang biasa-biasa saja ini, apalagi sejak udah gak gajian rutin lagi tiap tanggal 25, hihi.
Saat buka Facebook, maka yang diketik di kolom search adalah buku anak. Dan karena Faacebook makin pintar dan canggih memetakan penggunanya langsunglah bermunculan beberapa grup penjualan buku atau page yang menjual buku-buku anak. Tanpa pikir panjang beberapa page yang berhubungan dengan buku-buku anak langssung saya ‘like’ dan ‘follow’. Demikian halnya dengan group yang berhubungan dengan buku-buku anak langsung saja saya klik ‘join’. Begitu tergabung dengan grup-grup tersebut serta memfollow page yang berhubungan dengan buku anak langsung deh kalap. Belanja buku terus menerus. Bersyukurnya saya saat sedang kalap-kalapnya belanja buku online, saat Gojek masih di tarif promo untuk mengirim barang. Setiap belanja 4-8 kg buku yang dikirimkan hanya menghabiskan ongkos Rp 10.000,-.
Tidak jauh berbeda saat membuka instagram, path, maupun pinterest kekalapan memborong buku anak-anak tidak bisa dihentikan. Namun, karena kebanyakan hasil pencarian di instagram, path atau pinterest adalah buku impor yang dibeli secara kolektif atau melalui amazon dan situs online internasional lain, maka saya yang masih gaptek ini belum bisa mengeksekusi beberapa wishlist buku tersebut. Tapi paling tidak, saya jadi kaya wawasan tentang jenis buku anak impor yang kira-kira cocok untuk Rasya maupun Najah. Dan ternyata, banyak juga buku-buku Islam impor yang bagus-bagus.
Perburuan saya tidak berhenti sampai di situ. Saat melihat minat baca anak-anak yang tinggi dan hampir semua koleksi yang telah dibeli habis dibaca, maka saya dan partner saya (baca: suami) makin gelisah. Karena jika mengandalkan online, maka waktu dan ketersediaan buku sesuai stok yang ada saja serta biasanya berebutan. Akhirnya, kami mulai merambah dunia offline dalam perburuan buku-buku anak ini. Saya bertugas mencari info di internet mengenai tempat penjualan buku-buku anak yang murah meriah dan suami sebagai eksekutor (maksudnya tinggal langsung jalan ke TKP untuk pilah-pilih buku dan peembayaran). Dari beberapa referensi tempat yang direkomendasikan di internet, kami baru mengunjungi 3 tempat yaitu di :
1. Gudang Buku Bekasi Square, Revo
Bertempat di Bekasi Square Lantai Dasar, di sini menjual aneka buku bekas dengan bebagai kondisi. Di sini, kita seperti sedang berada di Gramedia versi buku bekasnyaa. Tapi, jangan khawatir tempatnya nyaman karena berada di dalam mall. Tapi, karena kebanyaakan koleksi adalah buku bekas maka siapkan tissue basah untuk membersihkan tangan anda dan anak-anak anda dari debu. Kelebihan toko buku ini adalah ada klasifikasi harga. Atau beberapa koleksi telaah ditempel harga dengan stiker. Hal ini memudaahkan kitaa untuk memilih. Tinggal pilih, dan langsung bayar ke kasir. Harganya pun ramah di kantong. Untuk majalah anak-anak berkisar antara Rp 5.000,- sampai Rp 15.000,-. Sedangkan buku-buku beraneka ragam mulai dari Rp 7.500,- sampai Rp 40.000,- untuk buku-buku hardcover. Tempat ini yang hamper setiap bulan kami kunjungi, karena lokasinya yang tidak jauh dari rumah kami.
2. Thamrin City (Pedagang pindahan dari Kwitang)
Lokasi tepatnya adalah di Lantai 3A Blok G dan H Thamrin City. Di sini ada sekitar 5-6 kios pindahan dari Kwitang. Tempat belanja memang tidak senyaman mall, tapi jelas lebih nyaman disbanding di pinggir jalan. Di sini banyak koleksi buku baru maupun bekas. Buku bekaspunsudah diberi plastic biasanya sehingga lebih rapi disbanding dengan Gudang Buku Bekasi Square. Sayangnya, di sini kita haruss menawar harga buku-buku yang dijual. Alhamdulillah, beberapa buku saya pernah lihat serta menyimpan referensi harganya saat melihat koleksinya di media online. Jadi saat menawar, saya tidak ragu menawar sesuai harga pasarannya atau bahkan di bawahnya. Dan, sebelum membeli atau membayar pastian kondisi dalam bukunya terlebih dahulu. Saya bersyukur, suami saya adalah orang yang sangat teliti sebelum membeli. Jadi, ia melihat keseluruhan isi buku terlebih dahulu sebelum menawar harganya. Jaadi, harga yang ditawar juga mempertimbangkan kondisi baik dan buruknya buku tersebut.
Kurang lebih ada 40an buku yang kami beli dan kami menghabiskan sekitar Rp 400.000,-. Bagi kami sih ini bisa dikategorikan murah ya.
3. Kinokuniya, Grand Indonesia
Kalau yang ini khusus untuk koleksi buku impor ya. Yang saya cari di sini adalah buku-buku Islam impor. Karena kami ingin pemahaman aqidah, akhlaq serta ibadah yang matang bagi anak-anak kami maka genre buku tersebutlah yang ami cari. Kisaran harga buku-buku tersebut sekitar Rp 40.000,- sampai Rp 250.000,-. Ya, sesuai lah ya dengan lokasinya. Dan yang jelas, tempatnya sangat nyaman karena di GI, hehehe.
Beberapa tempat lain yang direkomendasikan di internet belum kami kunjungi dan pastinya akan menjadi destinasi kunjungan kami di tiap libur atau weekend. Alokasi dana untuk buku ini memang lumayan. Namun, karena ini merupakan investasi kami demi kemandirian belajar anak-anak rasanya tidak ada salahnya kami sedikit boros dalam urusan buku. Toh, kami juga belum mengalokasikan dana besar untuk memasukkan anak-anak ke sekolah formal. Maka dana tersebut kami alokasikan untuk keperluan pendidikan mereka melalui buku-buku yang kami sediakan di rumah. Godaan meembeli buku ini memang sangat besar, sehingga PR saya adalah tetap mengedepankan “tight money policy” di tengah godaan investasi buku. Bismillah… Semoga apa yang kami upayakan ini bias menjadikan anak-anak kami pembelajar mandiri dan pecinta ilmu serta bermanfaat bagi masyarakat. Aammiin.
#ODOPfor99days #day8