Knowledge

Menyamakan Frekuensi dengan Belajar

Saat memasukkan si Mas ke jenjang Kuttab, maka kami sebagai orang tua harus siap belajar lagi. Belajar untuk apa? Tentunya belajar untuk dapat membersamai anak dengan menyamakan frekuensi. Bagaimana maksudnya menyamakan frekuensi? Hm… Saat anak berada di lingkungan pembelajaran dengan kurikulum tertentu mustahil jika orang tua tidak mau mengimbangi dengan ilmu yang mumpuni agar faham atas apa yang diajarkan pada keseharian anak-anaknya di sekolah.

Memahami bahwa kondisi kurikulum di Kuttab Al-Fatih memang anti mainstream, maka kamipun siap menjadi orang tua anti mainstream. Yah, mau mendengar nasihat para asatidz yang kami yakin ilmunya jauh di atas kami. Dan kami perlu kesabaran dalam belajar setahap demi setahap. Setiap bulan selalu belajar dan kemudian muroja’ah dengan menuliskannya kembali. Sungguh, saat muroja’ah membuat kami sebagai orang tua menggali lebih dalam bagaimana konsep mendidik dalam Islam.

Berikut adalah murojaah yang kami tuliskan dan kami simpan dalam rangka menjadi sumbangan dokumentasi di masa mendatang. Silahkan bagi yang ingin mengetahui tentang seluk beluk kuttab dan pendidikan Islam yang mengacu pada pendidikan ala Nabi bisa download resume pada link di bawah ini.

Review Kajian Bulanan Orang Tua KAF

Teringat perkataan yang sering diucapkan si Mas sepulang mabit yang berasal dari perkataan Imam Bukhari yaitu tentang pentingnya ilmu sebelum amal. Maka terus ilmui segala sesuatu agar tidak terjerumus pada hal-hal yang menyesatkan. 

“Al-‘Ilmu qoblal qauli wal ‘amali”

(Imam Bukhari)

Knowledge

Menjadi Istri Setenang Malam

Apa yang Anda bayangkan saat membaca judul tersebut? Apakah harus menjadi istri yang pendiam agar dapat menjadi sosok istri setenang malam? Apakah tenang itu diartikan dengan diam? 

Jika yang Anda bayangkan adalah hal yang saya sebutkan di atas, maka kita memiliki kesamaan. Yah, sama-sama perlu belajar lagi hakikat pernikahan dan peran istri yang sesungguhnya.

Alhamdulillah Saya berhasil dibuat penasaran oleh tema ini. Dan akhirnya belajar dari ahlinya sehingga asumsi saya yang masih sangat dangkal tadi bisa diluruskan dan kini mendapatkan pencerahan serta ilmu yang sejatinya masih menjadi PR besar untuk saya sebagai seorang istri agar dapat terus memperbaiki diri serta memantaskan diri agar dapat meneladani para istri teladan di masa Rasulullah SAW.

Kajian yang saya ikuti kali ini berdurasi sekitar 2,5 jam dengan narasumber Ustadz Herfi Ghulam Faizi, Lc pakar parenting nabawiyah. Dan pembahasan topik ini sumbernya adalah dari ayat yang sudah sangat populer yaitu QS. Ar-Ruum ayat 21. 

Tapi, akibat kedangkalan ilmu yang saya miliki, maka kedalaman makna ayat tersebut baru dapat saya pahami setelah mengikuti kajian ini. Maha suci Allah yang Maha memberikan petunjuk pada hamba-Nya.

Review serta ringkasan kajian dapat dilihat pada link Review Kajian Istri Setenang Malam ini. Semoga torehan tulisan dalam rangka mengikat ilmu ini memberikan manfaat bagi diri sendiri serta bagi rekan-rekan sekalian yang membacanya. Dan semoga kita semua diberikan kemampuan untuk mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh. Amiin.

 

Bintang Keluarga, Melatih Kemandirian

Menumbuhkan Empati Anak

Siang ini kembali Allah tunjukkan pada saya betapa fitrah kebaikan pada anak itu benar-benar ada dan nyata. 

Melihat Bundanya yang sedang repot tak dapat melakukan apapun karena sang adik sedang demam tinggi, si Mas pun mengambil alih beberapa tugas domestik Bunda. 

Selepas sholat jum’at dan makan siang, saat saya tengah mencuci peralatan makan, terdengar suara sapu lidi di depan halaman rumah. Seusai mencuci semua peralatan makan, saya tengok si Adik kembali terkulai lemah di sofa. Dan saya mencoba mencari-cari si Mas. 

Rupanya suara sapu lidi masih terdengar di luar, dan sayapun melihat si Mas tengah menyapu dedaunan yang gugur di depan rumah. Melihatnya mengumpulkan dedaunan di 1 titik, mengambil pengki dan memasukkannya ke dalam tempat sampah khusus daun membuat saya terharu. 

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan mencyduk kebaikan si Mas, segera aneka kalimat pujian saya lontarkan sebagai bentuk apresiasi padanya.

Setelah selesai, saya pun bertanya “Capek kah Mas habis nyapu dedaunan siang-siang gini?” Diapun menjawab, “Lumayan Bun.. Ini Aku keringetan banget. Apalagi Bunda ya tiap hari, 2 kali sehari, dan masih banyak kerjaan yang lain. Makasi ya Bun..”

Masya Allah betapa Maha Kuasa Allah menciptakan anak-anak ini dengan rasa empati yang sungguh di luar dugaan bisa muncul dari lisan seorang anak usia 5 tahun. 

Emosi positif berupa rasa empati itu sejatinya memang Allah yang telah menanamkannya pada anak-anak kita. Mengasahnya dengan terus menerus mengamati segala tindak tanduk baiknya dan memberi feedback positif menjadi salah satu cara menumbuhkannya dengan subur. 

Melatih Kemandirian

Fitrah Belajar

Pada dasarnya anak-anak adalah pembelajar sejati. Mereka gemar belajar dari hal-hal kecil yang ada di sekitarnya. Oleh karenanya, tugas orang tua adalah mengobservasi dengan baik, mencatat, dan tentunya tetap memberikan motivasi pada mereka. 

Sejatinya anak-anak ini ibarat pohon yang sedang tumbuh. Maka, agar dapat tumbuh dengan subur perlu terus disiram dan dirawat dengan baik. Dan siraman yang mereka butuhkan adalah siraman motivasi dan apresiasi. 

Pagi ini, saat saya tengah sibuk mencuci si adik tampak bingung memilih aktifitas yang akan dilakukan. Dia tahu jika ia ikut mencuci bersama saya, maka pakaiannya pasti akan basah kuyup sedangkan ia baru saja selesai mandi. 

Saya biarkan dia membunuh sendiri rasa bosannya dan melanjutkan kencan saya bersama cucian. Sesekali menengok, dan tiba-tiba melihatnya sedang mencuci tumpukan piring dan sendok tanpa diminta. Apa yang saya lakukan? Marahkah saya karena khawatir si adik basah kuyup karena air atau memecahkan piring? Tentu tidak. Senyum haru dan bahagia yang tesungging di pipi saat melihat scene ini. Entah sudah berapa kali adegan ini saya saksikan. Namun, rasa bangga dan haru masih saja bertahan saat melihat scene ini. 

Fitrah belajarnya untuk menguasai ilmu mencuci piring rupanya tumbuh dengan subur. Sesekali memperhatikannya sedang mencium bau peralatan makan yang dicucinya serta sedang mengecek masih adakah busa yang tersisa di peralatan makan tersebut. 

Hal sepele, namun rupanya fitrahnya sebagai wanita yang ingin terampil di pekerjaan rumah dan fitrah belajarnya sedang tumbuh dengan subur. Maka, sebagai orangtua tugas saya adalah terus memotivasi serta terus melakukan observasi dari segala aspek fitrah yang dimilikinya. 

Bukan jadi apa di kemudian hari, namun karya apa yang akan dibuat yang lebih penting bagimu. Semoga kelak bagian kecil ini menjadi bekal hidup penting bagimu, Nak.. 

Knowledge

Resume Woman’s Talkshow Rumah Pembelajar – Be Productive, Be A New You…

Alhamdulillah, akhirnya seluruh rangkaian talkshow di Kuliah Whatsapp Rumah Pembelajar kali ini telah terlaksana. Betapa bahagianya kami bisa bersama-sama dengan para wanita pembelajar untuk menuntut ilmu sebagai bekal menjadi istri, ibu, dan aneka peran wanita di masyarakat.

Dari yang awalnya dijadwalkan selama 1 minggu, Alhamdulillah para Narasumber yang sudah berbaik hati berbagi ilmu menyanggupi untuk bisa bersama dengan para peserta talkshow lebih lama karena antusisme peserta Akhirnya, hari ini kami bisa akhiri sesi Talkshow yang telah berlangsung selama kurang lebih 2 minggu sejak tanggal 3 Oktober hingga 15 oktober 2017.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada para narasumber : Teh Kiki Barkiah, Bunda Naila MT, dan Kak Citra Anggraini karena telah mendedikasikan waktunya serta berbagi pengalaman serta ilmunya bersama kami di Rumah Pembelajar. Allah SWT lah sebaik-baik pemberi balasan. Semoga segala kebaikan senantiasa Allah limpahkan pada para narasumber kita ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih pada para sponsor di acara kali ini yang bersedia memberikan support hadiah bagi para peserta. Semoga keberkahan juga diberikan pada para sponsor kita. Adapun kegiatan terselenggara atas kerjasama kami dengan : http://www.Hayyakidz.com, Ken Japanese Restaurant, Aghnia, Rahil, dan tentunya para agen rumah pembelajar di seluruh Indonesia.

Saatnya kami undur diri dari kulwap ini, dan izinkanlah kami berbagi hasil dari kulwap yang telah kami sarikan di link berikut ini : Resume Woman’s Talkshow – Rumah Pembelajar. Bagi yang ingin mereview materi talkshow dari para narasumber silahkan klik link berikut ini :

Woman’s Talkshow – Rumah Pembelajar : Menjawab Tantangan Bisnis di Usia Muda

dan link berikut ini : Woman’s Talkshow – Rumah Pembelajar : Be A Productive Woman, Be A New You

Akhirul kalam, kami dari penyelenggara Woman’s Talkshow – Rumah Pembelajar pamit undur diri. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan dalam penyelenggaraan talkshow kali ini. Semoga kita bertemu kembali di lain kesempatan. Dan semoga Allah ridhoi niat-niat kita dalam menuntut ilmu kali ini. Amiin…..

Wassalamualaikum Wr. Wb.

 

Salam Pembelajar.

Komunikasi Produktif

Kalimat Positif

Hari ini, Bunda, Mas Rasya, dan adik Najah kembali ke rumah. Dan duo krucil ini kembali beraktifitas seperti biasa. Kakak beradik ini rupanya tengah mengidam-idamkan makanan oleh-oleh dari Bandung yang tampilannya menarik. Dan, karena saya sedang kelelahan luar biasa saya tidak sadar saat mereka minta bantuan untuk membukakan packaging makanan tersebut. Saat saya terbangun, tiba-tiba mereka berdua tengah asyik menikmati makanan tersebut dan saya melihat ada lap di dekat mereka yang tampak menutupi tumpahan air. Saya ikut duduk bersama mereka dan bertanya bagaimana mereka bisa membuka packaging makanan tersebut. Si Mas berkata, “aku sama adek buka ini pakai gunting bun.” Bunda terkejut, “kok tahu tempat simpan guntingnya? Gimana tadi cara ambil guntingnya?” Saya terkejut karena gunting saya simpan di tempat tinggi agar tidak membahayakan anak-anak. Merekapun menjelaskan bahwa mereka bekerjasama dengan menggunakan kursi untuk mengambil gunting. Si Mas berkata dia teringat perkataan Bunda bahwa kalau merasa tidak bisa langsung buru-buru ubah menjadi bisa. Dan itu yang dilakukannya pada dirinya sendiri dan pada adiknya. Diapun mengakui kesalahannya karena kurang hati-hati saat mengambil air hingga akhirnya tumpah ke lantai dan minta maaf, “Tapi, aku sama adek bertanggungjawab kok Bun, tuh udah dilap basahnya.. ”

Nyess, terharu sekaligus bahagia mendengar cerita mereka berdua. Ternyata kata dan kalimat positif pada anak menjadi amunisi utama bagi perkembangan emosi mereka. Dan saya berkaca dan segera introspeksi atas berbagai kalimat negatif yang masih sering terucap dan berusaha menggantinya dengan afirmasi positif.

#hari10

#komunikasiproduktif

#tantangan10hari

#kuliahbunsayiip

Komunikasi Produktif

Indah Pada Waktunya..

Kata-kata “Semua akan indah pada waktunya” seringkali menjadi quote bagi para jomblo yang seringkali mendapat pertanyaan “Kapan nyusul” saat kondangan. Tapi kali ini, saya pun merasakan indah pada waktunya dalam hal komunikasi bersama pasangan. Kemarin, saat kami mengadakan family forum di mobil saat di perjalanan silaturahmi keluarga. Kami melanjutkan perbincangan mimpi-mimpi kami di family forum sebelumnya. Saat saya bisa puas sekali menjelaskan detil mimpi yang ada di kepala dan mendapat tanggapan yang kritis dan masukan positif rasanya quote tadi pun pantas saya ucapkan saat itu. Suami pun puas mengungkapkan semua mimpi dan harapannya serta kendala yang sedang dihadapi serta saya memberi masukan atas kendala yang tengah dihadapi. Komunikasi bersama pasangan memang sebuah proses. Kadangkala ada hal-hal yang harus ditahan dan menunggu saat yang tepat. Dan atas semua kendala yang dihadapi tetap optimis, bahwa semua akan indah pada waktunya.

#hari9

#tantangan10hari

#komunikasiproduktif

#kuliahbunsayiip

Komunikasi Produktif

Strategi Komunikasi

Kemarin, kebetulan ayah anak-anak terpaksa harus menginap di kantor karena ada deadline yang harus diselesaikan. Sedangkan sejak pagi hari, mereka belum bertemu dan bertatap muka dengan ayahnya. Tampak menjelang malam mereka mananti sang ayah pulang. Tiba-tiba ada wa masuk ke hp saya yang ternyata dari ayahnya yang meminta maaf karena terpaksa harus menginap malam ini. Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya selalu ada perasaan yang tidak enak muncul saat suami terpaksa harus menginap di kantor apalagi kalau kita sudah menyiapkan menu masakan kesukaannya. Sedikit kecewa pastinya, namun saya harus bijaksana. Sembari melangsungkan selftalk untuk menghilangkan perasaan dan emosi negatif, sambil saya berfikir dan menggantinya dengan energi positif untuk memberikan dukungan pada suami serta membalas pesan wa suami dengan kalimat positif serta mendoakan.

Sebelum memeberitahukan anak-anak yang menanti kedatangan ayahnya, saya terlebih dahulu menyiapkan permainan bagi mereka. Saya menyiapkan kardus besar di mana mereka bisa masuk ke dalamnya dan saat mengajak mereka bermain petak umpet, saya bersembunyi di sana. Setelah mereka tahu saya ada di dalam sana, terdengar gelak tawa tanda puas tak terkira dari mereka berdua. Dalam kondisi inilah saya berusaha menyampaikan pelan–pelan bahwa ayahnya sedang mendapat amanah untuk menyelesaikan pekerjaannya dan berharap mereka tidak kecewaika malam ini tidak bisa bertemu ayahnya. Alhamdulillah, Si Mas pun berkata, “Gak papa Bunda, Besok kakau ayah datang kita ajak main petak umpet juga kayak barusan sama Bunda ya. Nanti pasti ayah gak tahu aku sembunyi di kardus besar itu. Adek sama Bunda jangan kasih tahu ayah dulu ya, aku mau sembunyi di situ.” Ah… Lega rasanya anak-anak tidak kecewa saat mengetahui ayahnya tidak pulang malam itu. Tapi si kecil yang bilang,”Tapi Adek mau video call dong sama ayah…” Akhirnya saya memenuhi permintaan si kecil untuk menghubungi ayahnya lewat video call. Tapi nampaknya si Ayah sedang mengerjakan pekerjaannya sehingga tidak bisa mengangkat telepon. Akhirnya, saya tawarkan solusi pada si adek untuk bicara dengan voice note saja apa yang ingin disampaikan pada ayahnya. “Nanti, kalau ayah sudah ada kesempatan pegang HP mungkin akan dibalas”, ucap saya padanya. Akhirnya, si adik setuju dan segera menyampaikan apa yang ingin dikatakan pada ayahnya lewat voice note. Si Mas pun tak mau ketinggalan akhirnya juga meninggalkan pesan untuk ayahnya lewat voice note. Bundanya sebenarnya juga gak mau ketinggalan, tapi malu lah sama anak-anak. Akhirnya pesannya lewat text sajalah, hihi.

Walaupun belum ada kesempatan family forum, kami berupaya agar komunikasi kami tetap terjaga dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Saya sedang belajar menerapkan poin komunikasi produktif di Buku Bunda Sayang agar menerapkan strategi yang tepat dalam berkomunikasi. Memilih strategi memberitahu seteelah bermain saya pilih untuk meminimalisasi “drama” dan kekecewaan pada anak-anak. Melihat kondisi dan emosi mereka serta memilih “timing” yang tepat menjadi strategi saya untuk menyampaikan hal kurang enak bagi anak-anak. Hal ini juga sering saya lakukan saat akan menyampaikan sesuatu yang seprtinya kurang menyenangkan di mata suami. Dengan memilih “timing”  yang pas bisa sedikit mengurangi kegagalan dalam komunikasi. Selain itu saya juga berusaha untuk tidak berfokus pada masalah yang sedang terjadi dan mencari solusi atas masalah tersebut. Saya berusaha menawarkan solusi pada si Adik untuk bicara dengan voice note saat ia ingin melakukan video call dengan ayahnya. Hal kecil iini semoga bisa menjadi teladan bagi anak-anak dalam bertindak agar tidak berfokus pada masalah namun pada solusi.

#hari8

#tantangan10hari

#komunikasiproduktif

#kuliahbunsayiip

 

Knowledge

Resume Buku Bunda Sayang

Hampir 2 tahun berada di grup Institut Ibu Profesional dan hampir 2 bulan mengikuti program matrikulasinya. Bersyukur sekali bisa berada di tengah-tengah para Ibu pembelajar yang semangat belajar dan berbaginya luar biasa. Memacu saya untuk makin memperbaiki diri sebagai individu, sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai agen perubahan di masyarakat. Banyak PR yang masih harus saya benahi, namun semoga sambil bebenah diri sambil terus belajar dan berbagi dengan para Ibu yang lain. Dalam program matrikulasi ini, saya disadarkan dengan proses belajar yang bertahap dan fokus serta tidak terburu-buru yang terpenting adalah komiten dan konsisten. Dulu, banyak sekali buku yang dilahap untuk dibaca, namun tak berbekas sedikitpun (karena memang ilmu yang tak diikat dengan tulisan kemungkinan besar akan tak bertahan lama). Lebih-lebih jika isi buku tak kunjung diaplikasikan, rasanya ilmu-ilmu yang pernah dibaca pun sekedar melekat sejenak di otak lalu hilang tak berbekas. Sekarang saya berupaya menuliskan dan berusaha mengapikasikan apa yang saya baca sedikit demi sedikit.

Sambil belajar di program matrikulasi, saya akhirnya terpacu untuk membaca referensi yang dijadikan rujukan yaitu Serial Buku dari Institut Ibu Profesional. Walaupun sudah membaca semua bukunya, namun, saya ingin merefresh kembali ingatan serta sedikit demi sedikit mempraktekkan tulisan dari para Ibu yang luar biasa dalam buku tersebut agar menjadi sosok ibu yang dibanggakan keluarga. Dalam seri Bunda Sayang ini saya banyak sekali tertampar dengan cerita-cerita yang disajikan maupun tips-tips yang diberikan. Agar semakin sering tertampar, maka catatan tips dari buku tersebut saya buat untuk pengingat diri dengan menempelkannya di sudut ruangan yang sering saya kunjungi di rumah. Agar setiap saya khilaf saya teringat kembali dengan pengalaman dan tips yang diberikan oleh para Ibu keren penulis buku ini. Sungguh saya masih jauh dari sosok ideal yang disebutkan dalam buku ini, maka saya sedang berusaha belajar untuk menjadi sosok Ibu Penyayang seperti di dalam buku ini.

Tulisan kali ini dalam rangka berbagi dengan para Ibu yang juga ingin terus belajar menjadi sosok penyayang di tengah keluarganya. Buku Bunda Sayang ini berisi 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak yang di dalamnya menyajikan cerita dibalik poin ilmu pengasuhan seta tips dan trik penerapannya. Terdiri dari 192 halaman dan ditulis oleh para Ibu yang tergabung dalam Komunitas Ibu Profesional.

Resume ini saya buat dalam 2 versi yaitu Resume Buku Bunda Sayang Full dan dalam bentuk poin-poin yang tips yang saya tempel di sudut ruangan sebagai pengingat diri Resume Bunda Sayang-Poin Pengingat Diri. Semoga resume ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan juga para Ibu lain. Semoga Allah memberi kekuatan kita semua untuk terus komitmen dan konsisten menjalaninya. Aammiin….

cover-bunda-sayang

 

 

 

 

 

 

Knowledge

Catatan Seminar Parenting Bersama Ibu Elly Risman, S.Psi “Komunikasi Dalam Pengasuhan Anak”

Waktu : Sabtu, 15 Oktober 2016 Pukul 07.30-13.00

Tempat : Hotel Horison, Bekasi

Pesan Ibu Elly sebelum memulai menyampaikan materi :

  • Letakkan semua gelar, jabatan dan embel-embel lainnya dan ikhlas mendengarkan Ibu Elly sebagai orang tua yang sedang bicara dengan anak-anaknya
  • Menyampaikan poin-poin penting serta mencatat isi seminar pada saudara kandung, saudara ipar, dan semua orang yang dirasa penting agar mendapat manfaat
  • Tidak berbicara atau ngobrol dengan kawan yang duduk di sebelah kita

Ibu Elly mengawali dialog dengan para peserta dengan menanyakan adakah dari para peserta yang hadir yang pernah mengikuti sekolah menjadi orang tua sebelum menikah atau memiliki anak. Dan semua serempak mennjawab tidak. Bu Elly pun kemudian berkisah bahwa belaiu pun demikian. Sekalipun beliau sudah tertarik dengan ilmu psikologi sejak kelas 4 SD dengan menentukan targetnya untuk mengambil jurusan Psikologi saat kuliah dan sering bertanya pada kakak sepupunya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan psikologi serta membaca-baca buku-buku Psikologi sejak usia remaja bahkan lulus dari Fakultas Psikologi UI, tetap “nyungsep” saat menjadi orang tua. Saya merasa tidak sendiri saat itu. Dan saya merasa bahwa memang menjadi orang tua adalah saat di mana kita tidak boleh berhenti belajar bahkan harus makin banyak belajar. Maka, benar adanya jika berbagai macam kekeliruan yang kita buat dalam masa pengasuhan anak muncul karena ketidaksiapan kita sebagai orang tua. Ketidak siapan menjadi orang tua ini disebabkan karena kita tidak menguasai :

  • Tahap perkembangan anak
  • Cara otak bekerja

Ketidaksiapan ini akhirnya berpengaruh pada kepribadian dan masa depan anak. Ketidaksiapan menjadi orang tua mengakibatkan pola pengasuhan orang tua yang tidak punya prinsip (tidak ada visi misi keluarga) mendasar sehingga pola pengasuhan yang dianut adalah pola pengasuhan spontan dan hanya mengikuti pola asuh yang orang lain terapkan atau sedang tren.

Komunikasi dalam pengasuhan anak ini penting sekali dibahas karena cara kita berkomunikasi baik dengan anak mapun dengan partner kita mengasuh anak (suami) merupakan kunci dalam menyampaikan pesan pada anak agar dapat menjadi value yang menjadi karakter anak di kemudian hari. Bu Elly meinta para peserta yang hadir untuk merefleksi dan mengembara ke masa lalu bagaimana kami, para peserta biasa berkomunikasi pada anak-anak kami. Beliau mencontohkan dengan sangat apik sehingga kami pun langsung merasakan bahwa “Yah, itu yang sering saya lakukan dan katakana pada anak-anak saya”. Dan ternyata semua orang tua mengakui bahwa apa yang mereka bicarakan dan sampaikan pada anak dengan gaya yang dipraktekkan oleh Bu Elly merupakan hal tidak disengaja tapi menjadi hal yang otomatis dilakukan saat menghadapi anak (autopilot). Hal ini bisa jadi karena kita mencontoh dari sekitar kita dan sudah melekat pada diri kita. Dan menurut pemaparan Bu Elly, akibat dari bicara yang tidak sengaja ini cukup signifikan sebagaimana berikut :

  1. Melemahkan konsep diri
  2. Membuat anak diam, melawan, menentang, tidak peduli, sulit diajak bekerjasama
  3. Menjatuhkan harga dan kepercayaan diri anak
  4. Kemampuan berfikir menjadi rendah
  5. Tidak terbiasa memilih dan mengambil keputusan bagi diri sendiri
  6. Selalu timbul rasa iri

Dari contoh yang beliau paraktekkan, ada beberapa poin kekeliruan yang sering dilakukan dalam berkomunikasi, di antaranya :

  1. Bicara tergesa-gesa
  2. Tidak kenal diri sendiri
  3. Lupa bahwa setiap individu itu unik
  4. Perbedaan “Needs & Wants !” atau “Kebutuhan & Kemauan” antar orang tua dan anak yang menimbulkan kesalahpahaman karena banyak hal yang tidak sempat & terabaikan
  5. Tidak membaca bahasa tubuh
  6. Tidak mendengar perasaan
  7. Kurang mendengar aktif
  8. Menggunakan “12 Gaya Populer”
  9. Selalu menyampaikan “Pesan Kamu”
  10. Tidak memisahkan masalah siapa
  11. Bicara dengan prinsip ekonomi

Setelah berkelana ke masa lalu sambil merefleksi banyak sekali kekeliruan yang kami buat sebagai orang tua selama ini terutama dalam hal komunikasi kepada anak, kami diajak oleh Ibu Elly untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak-anak kami. Beliau memberikan langkah-langkah yang dapat kami lakukan di anataara adalah :

  1. Turunkan frekuensi
  2. Baca bahasa tubuh
  3. Dengarkan perasaan
  4. Mendengar aktif
  5. Hindari “12 gaya popular”
  6. Jangan bicara tergesa-gesa : gaya “siapa kamu”
  7. Belajar untuk kenali diri & kenali lawan bicara kita (anak, suami, dsb)
  8. Ingat : setiap individi unik
  9. Pahami bahwa kebutuhan dan kemauan itu berbeda
  10. Tentukan masalah siapa : Anak perlu proses BMM (Berfikir-Memilih-Mengambil keputusan) agar menjadi pribadi mandiri dan bertanggungjawab. Saat itu memang masalah anak, biarkan anak berfikir,memilih dan mengambil keputusan karena saat itu kita tengah memberikan kesempatan padanya untuk belajar mandiri dan bertanggungjawab. Ada tips agar anak mandiri dalam hal pemilihan menu dan menyiapkan makanan dari BU Elly yaitu dengan memberikan kesempatan bagi masing-masing anak memilih menu yang disukainya untuk dijadikan menu makan di waktu tertentu selaama 1 minggu. Misalnya Bu Elly memiliki 3 anak, maka dalam 1 minggu si sulung berhak memilih menu sarapan untuk 1 minggu, si tengah menu makan siang, dan si bungsu menu makan malam. Setelah mereka menentukan menu, Bu Elly meminta mereka melihat stok makanan di kulkas dan di tempat penyimpanan makanan. Masing-masing anak bertugas menyusun kebutuhan belanja bahan makanan yang belum tersedia selama 1 minggu ke depan. Setalah menyusun daftar belanja, maka bertugas untuk berbelanja sesuai list yang tellah mereka buat. Sehingga dalam 1 minggu sudah tidak ada lagi kebingunan memasak apa arena semuanya sudah siap. Selain itu Ibu Elly juga memberi tips clothing anak-anak agar mereka bellajar BMM yaitu dengan: (1) Memisahkan dan mengklasifikasikan baju berdasarkan jenisnya misalnya atasan dengan atasan, bawahan dengan bawahan, vest dengan vest, dst bukan sudah dipasang-pasangkan atasan dan bawahannya; (2) Memberikan kepercayaan anak saat memilih pakaian yang akan dipakaianya; (3) Biarkan anak melakukan pemilihan dan mix and match sendiri pilihannya; (4) Jikalau pun pilihan anak tidak nyambung dan terlihat anaeh, maka sebagai orang tua tidak perlu protes dan biarkan anak yang menyadari sendiri serta belajar memperbaiki pilihannya.
  11. Bekerjasama memecahkaan masalah
  12. Sampaikan pesan saya

Masing-masing step baik dari kesalahan maupun cara memperbaiki dipraktekkan oleh peserta didampingi oleh Ibu Elly.

Kesalahan komunikasi ini terjadi karena kita terbiasa dengan lingkungan yang prinsip bicaranya menganut prinsip ekonomi antara lain : Efektif Efisien (bicara singkat langsung to the point dan tidak menyentuh sisi emosional) dan Produktif (akan mendapat apa, menghasilkan apa sehingga manusia dinilai berdasarkan materi dan tidak memperhatikan sisi emosi, sosial, dan spiritualnya). Kesalahan komunikasi juga terjadi karena adanya inner child negatif pada orang tua yang disebabkan oleh trauma masa lalu yang tidak disadarinya sehingga melekat dan akhirnya melahirkan metode parenting yang sama dengan yang pernah dialaminya pada masa lalu yang belum tuntas dan termaafkan. Inner Child adalah adanya sisi anak-anak yang ada pada sikap orang dewasa yang akan otomatis keluar menjadi kebiasaan. Inner child ada yang positif ada pula yang negatif. Contoh inner child positif adalah saat kita bisa bermain dengan anak-anak kita bisa mengikuti ritme mereka dan ikut ceria karena kita memposisikan diri sebagai anak kecil yang dahulu punya masa lalu yang positif sehingga bisa menyalurkan keceriaan pada anak-anak. Namun, ada kalanya yang muncul dan dominan adalah inner child negatif misalnya saat kecil kita terbiasa dimarahi jika berbuat kesalahan dan itu yang menempel di otak kita karena selama bertahun-tahun membekas sebagai trauma dan belum tuntas terselesaikan. Maka yang akan muncul adalah kita akan memarahi anak-anak kita jika melakukan kesalahan seperti yang pernah kita lakkukan. Inner child negatif ini akan mengakibatan anak merasa kurang percaya diri. Maka cara terbaik sebelum anak kita juga terbelenggu dengan inner child negatif warisan kita adalah dengan cara melepaskan inner child negatif kita sebagai orang tua terlebih dahulu. Tips yang diberikan oleh Ibu Elly adalah dengan memutus mata rantai inner child tersebut. Satu-satunya jalan adalah dengan memaafkan masa lalu kita dengan siapapun itu yang menurut kita memberikan impact pada inner child negatif kita baik itu orang tua kita, saudara kandung kita, suami kita, mertua kita, dsb. Saran Ibu Elly proses memaafkan dan meminta ampunkan tersebut sebaiknya dilakukan saat kondisi kita berada dalam fase beta. Fase ini biasanya saat kita sedang khusyu’ beribadah seperti saat sholat tahajjud. Dalam dzikir dan doa kita kita upayakan untuk melepaskan segala beban dan trauma masalalu serta memamaafkan dan berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu. Dalam menyeleksi jodoh baik anak maupun orang tua perlu menyeleksi calonnya dengan melihat sisi inner child nya. Jika sudah oke maka dapat dilakukan proses khitbah dan selanjutnya baru ta’aruf (yang waktunya harus dibatasi maksimal 3 bulan).

Ibu Elly juga menyebutkan adanya delusi besar yang sesuai dengan teori Patrick Carnes, Ph. D, 2001. Delusi besar ini adalah kondisi di mana keluarga merasa kondisi keluarganya baik-baik saja padahal kondisi sebenarnya sudah tidak lagi harmonis dan hanya saat aada orang lain tampak harmonis karena masalah komunikasi. Hal ini disebabkan anatara lain karena faktor :

  1. Self Image : Anak merasa tidak diinginkan atau diabaikan oleh orang tuanya
  2. Relasi anak & orang tua dan anggota keluarga tidak hangat
  3. Needs : Kesepian dan merasa tidak terlindungi serta tidak ada temat bergantung atau berkeluh kesah. Orang tua juga perlu membedakan pengasuhan anak laki-laki dan perempuan yang berbda karena kebutuhan dan kemauannya pun berbeda.

Kondisi delusi inilah yang menyebabkan banyaknya anak-anak muda yang kecanduan seks. Para generasi muda menjadi generasi yang B-L-A-S-T (sesuai dengan teori Mark Kaselmen). BLAST merupakan singkatan dari Boring-Lonely-Angry/Afraid-Stress-Tired yang akhirnya mengakibatkan beberapa penyimpangan seperti : pornografi, seks suka sama suka, pacaran, LGBT, Masturbasi, oral seks, merokok, miras, dan narkoba.

Agar anak-anak merasa dihargai, maka tugas kita sebagai orang tua adalah menagkap basah mereka saat sedang berbuat baik dan langsung berikan pujian dan apresiasi.

Di sesi Tanya jawab semua penanya mempertanyakan hal yang hampir sama mengenai kegalauan sebagai ibu yang bekerja. Bu Elly menjawab dengan tegas agar para ibu tersebut dapat lebih mendahulukan anak-anak mereka daripada pekerjaannya. Ibu Elly meminta para orang tua untuk lebih menebalkan imannya tentang konsep rizki. Bahwa yang memberikan rizki adalah Allah bukan bos kita. Yakinlah bahwa Allah akaan memberikan rizki pada kita dari jalan yang tidak akan pernah kita sangka-sangka. Ibu Elly menambahkan cerita beliau yang menyesali saat mengasuh 2 anak pertamanya sambil disambi bekerja yang akhirnya beliau tidak dapat memberikan ASI karena kelelahan bekerja maka diberikan obat yang dapat menyetop ASInya. Sehingga pada saat anak ketiga, beliau tidak lagi mengambil job dan fulltime bersama aanak-anaknya dan akhirnya Allah memberikan ganti rizki melalui suami beliau.

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari materi komunikasi pengasuhan ini adalah perlu adanya kedekatan atau bonding terlebih dahulu antara suami dengan istri, ayah dengan anaknya, dan ibu dengan anaknya sehingga pesan yang ingin disampaikan pun akan sampai di hati anak-anak kita. Dan untuk para oran tua agar dapat memaafkan masa lalunya sehingga dapat menyampaikan komunikasi yang positif dalam pengasuhan.

Bogor, 20 November 2016

 

Haroh